IMPLIKASI AL-QUR’AN DAN HADITS TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM

Diposting pada
IMPLIKASI AL-QUR’AN DAN HADITS TERHADAP

PENDIDIKAN ISLAM


Materi : Ilmu Pendidikan Islam

A.   
Pendahuluan

Pendidikan
memiliki peran penting pada era sekarang ini, karena tanpa melalui pendidikan
proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan modern sulit intuk diwujudkan.
Demikian halnya bentuk pengetahuan ilmiah dalam pencapaiannya harus melalui
proses pendidikan yang ilmiah pula. Melalui metodologi dan kerangka keilmuan
yang teruji. Karena tanpa melalui proses ini pengetahuan yang didapat tidak
dapat dikatakan ilmiah.

Dalam Islam
pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batas waktu tertentu saja, melainkan
dilakukan sepanjang masa (long life education). Islam memotivasi pemeluknya
untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan. Tuan atau muda,
pria atau wanita, miskin atau kaya, mendapatkan porsi sama dalam pandangan
Islam dalam kewajiban menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang
terkait urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan
yang terkait dengan urusan duniawi juga. Karena tidak mungkin manusia mencapai
kebahagiaan hari kelak tanpa melalui jalan kehidupan ini.

Islam juga
akan menekankan akan pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala sesuatu yang
terjadi dialam ini. Membaca, menelaah, meneliti hanya bias dilakukan manusia,
karena hanya manusia mahluk yang memeiliki akal dan hati. Selanjutnya dengan
kelebihan akal dan hati, manusia memahami fenomena-fenomena yang ada
disekitarnya, termasuk pengetahuan. Dan sebagai implikasinya kelestarian dan
keseimbangan alam harus dijaga sebagai bentuk pengejawantahan tugas manusia
sebagai khalifah fil ardh serta adanya kurikulum.  





B.    
Rumusan Masalah

1.     
Apa
dasar-dasar tentang pendidikan Islam
menurut Al-Qur’an
dan Hadits ?

2.     
Bagaimana pola dasar pelaksanaan pendidikan Islam menurut Al-Qur’an
dan Hadits ?

3.     
Bagaimana strategi pendidikan Islam ?

C.   
Pembahasan

1.     
Dasar-dasar
tentang pendidikan Islam menurut Al-Qur’an dan Hadits

Berbicara tentang dasar pendidikan Islam tidak pernah terlepas dari
dua pedoman hidup umat Islam Al-Qur’an dan Hadits.
Setiap usaha, kegiatan, tindakan
yang disengaja untuk mencapai tujuan haruslah mempunyai dasar atau landasan
sebagai tempat berpijak yang baik dan kuat. Demikian juga dengan proses
pendidikan, sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan
kepribadian, tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja yang berfungsi
sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai jalur langkah yang menentukan
arah usaha tersebut.

Maka tentunya pendidikan Islam
memerlukan landasan kerja untuk memberikan arah bagi programnya. Sebab adanya
dasar pendidikan berfungsi sebagai jalan menuju arah dari usaha tersebut.[1]

a) Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan yang
paling utama pendidikan
Islam. Karena
nilai absolut yang terkandung didalamnya yang datang dari tuhan.[2]
Dan pendidikan
Al-Qur’an juga memiliki
pengaruh yang dahsyat apabila dipahami dengan tepat dan diikuti dan diterapkan
secara utuh dan benar. Karenanya menjadikan
Al-Qur’an sebagi sumber bagi pendidikan Islam adalah keharusan bagi umat Islam.

Dasar pelaksanaan pendidikan Islam
terutama adalah Al- Qur’an dan Al-Hadits. Dalam Al-Qur’an, surat Asy-Syura: 52
y7Ï9ºx‹x.ur
!$uZø‹ym÷rr&
y7ø‹s9Î)
%[nrâ‘
ô`ÏiB
$tR̍øBr&
4
$tB
|MZä.
“Í‘ô‰s?
$tB
Ü=»tGÅ3ø9$#
Ÿwur
ß`»yJƒM}$#
`Å3»s9ur
çm»oYù=yèy_
#Y‘qçR
“ωök¨X
¾ÏmÎ/
`tB
âä!$t±®S
ô`ÏB
$tRϊ$t6Ïã
4
y7¯RÎ)ur
ü“ωöktJs9
4’n<Î)
:ÞºuŽÅÀ
5OŠÉ)tGó¡•B
ÇÎËÈ  

Artinya :

“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu
wahyu (Al- Qur’an) dengan perintah Kami sebelumnya kamu tidaklah mengetahui
apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi
Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya yang Kami beri petunjuk dengan dia siapa
yang Kami kehendaki diatara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk kepada jalan yang benar”
. (Q.S. Asy-Syura.52).

Islam adalah agama yang membawa misi umatnya
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Al-Qur`an merupakan landasan paling
dasar yang dijadikan acuan dasar hukum tentang Pendidikan Agama Islam. Firman
Allah tentang Pendidikan Agama Islam dalam Al-qur`an Surat Al –alaq ayat
1-5.
ù&tø%$#
ÉOó™$$Î/
y7În/u‘
“Ï%©!$#
t,n=y{
ÇÊÈ 

t,n=y{
z`»|¡SM}$#
ô`ÏB
@,n=tã
ÇËÈ

ù&tø%$#
y7š/u‘ur
ãPtø.F{$#
ÇÌÈ

“Ï%©!$#
zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î/
ÇÍÈ

zO¯=tæ
z`»|¡SM}$#
$tB
óOs9
÷Ls>÷ètƒ
ÇÎÈ  

Artinya ;

1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,

2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal
darah,

3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam,

5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.[3]

            Dari
ayat-ayat tersebut diatas dapatlah di ambil kesimpulan bahwa seolah-olah Tuhan
berkata hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan Pencipta manusia 
(dari segumpal  darah),  selanjutnya untuk memperkokoh keyakinan dan
memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan
pengajaran. 

Kemudian ada firman Allah dalam Al-Qur’an dalam
surat an-Nahl ayat 78.
ª!$#ur
Nä3y_t÷zr&
.`ÏiB
ÈbqäÜç/
öNä3ÏF»yg¨Bé&
Ÿw
šcqßJn=÷ès?
$«ø‹x©
Ÿ@yèy_ur
ãNä3s9
yìôJ¡¡9$#
t»|Áö/F{$#ur
noy‰Ï«øùF{$#ur
 
öNä3ª=yès9
šcrãä3ô±s?
ÇÐÑÈ

Artinya.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui, dan dia member kamu pendengaran, penglihatan,
dan agar kamu bersyukur”
. (Q.S. an-Nahl. 78)[4]

Dengan pendengaran, penglihatan dan hati,
manusia dapat memahami dan mengerti pengetahuan yang disampaikan kepadanya.

b) As-Sunnah

As-Sunnah adalah dasar kedua hukum Islam, segala aktivitas umat
Islam termasuk aktivitas dalam pendidikan. Alasan As- Sunnah dapat dijadikan
sumber pendidikan yang kedua adalah:

§  Allah
memerintahkan kepada hamba-Nya agar mentaati kepada rasulullah dan wajib
berpegang teguh atau menerima segala yang datang dari rasul Allah.

§  Pribadi
rasulullah adalah teladan bagi umat Islam.

As-sunnah didefenisikan sebagai sesuatu yang
didapatkan dari Nabi Muhammad s.a.w. yang terdiri dari ucapan,
perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa
sebelum kenabian ataupun sesudahnya. Didalam dunia pendidikan, As-Sunnah
memiliki dua manfaat pokok. Manfaat pertama, As-sunnah mampu menjelaskan konsep
dan kesempurnaan pendidikan islam sesuai dengan konsep Al-Qur’an, serta lebih
merinci penjelasan Al-Qur’an.
Kedua, As-Sunnah dapat menjadi
contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan.[5]

Telah kita ketahui bahwa diutusnya Nabi Muhammad
saw salah satunya untuk memeperbaiki moral atau akhlak manusia, sebagaimana
sabdanya :

اِنَّمَا بُعثْتُ لأُ تْمّمَ مَكَا رمَ الأَ خْلاَ ق.   (رواه مسلم)

Artinya :

“Sesungguhnya aku diutus
tiada lain adalah untuk menyempurnakan akhlak”.
(HR. Muslim)

Makna hadist ini sudah jelas, tujuannya sudah
dapat dimengerti oleh umat muslim, yaitu menyempurnakan keutamaan akhlak.
Rasulullah Muhammad s.a.w. juga seorang pendidik, yang telah berhasil
memebentuk masyarakat rabbaniya, masyarakat yang terdidik secara Islami. Bahkan
Robert L. Gullick, Jr. dalam bukunya “Muhammad the educator” mengakui
akan keberhasilan Nabi Muhammad dalam melaksanakan pendidikan.[6]

2.     
Pola dasar Pendidikan Islam Menurut Al-Qur’an dan Hadits

Pendidikan Agama Islam yang dilakukan suatu system memberikan kemungkinan
berprosesnya bagian-bagian menuju kearah tujuan yang ditetapkan sesuai tujuan
dengan ajaran Islam. Jalannya proses itu bersifat konsisten dan konstan
(tetap)  bila dilandasi pola dasar pendidikan
yang mampu menjamin terwujudnya tujuan pendidikan agama Islam.

Dengan demikian, suatu system pendidikan agama Islam harus berkembang dari
pola yang membentuknya menjadi pendidikan yang bercorak dan berwatakan Islam.
Sifat konsisten dan konstan dari proses pendidikan tersebut tidak akan keluar
dari pola dasarnya sehingga hasilnya juga sama dengan pola dasar tersebut.

Meletakan pola dasar pendidikan agama Islam berarti harus meletakan
nilai-nilai dasar agama yang memberikan ruang lingkup berkembangnya proses
pendidikan Islam dalam rangka mencapai tujuan. Bukannya nilai-nilai dasar yang
dibentuk untuk mempunyai kecenderungan untuk menghambat atau menghalangi proses
tersebut.

Jenis-jenis pendidikan tersebut adalah:
1.
Pendidikan Jasmani (Tarbiyah
al-Jismiyah
)
2.
Pendidikan Akal/Kecerdasan (Tarbiyah
al-‘Aqliyah
)
3.
Pendidikan Akidah/Ketuhanan (Tarbiyah
Ilahiyah
)
4.
Pendidikan Akhlak/Moral/Susila (Tarbiyah
al-Khulqiyah
)
5.
Pendidikan Jiwa/Rohani (Tarbiyah
ar-Ruhiyah
)
6.
Pendidikan Keindahan/Estetika dan (Tarbiyah
al-Jamaliyah
)
7.
Pendidikan Kemasyarakatan/Sosial (Tarbiyah
al-Ijtima’iyah
)

Ketujuh jenis pendidikan tersebut, prinsip
dasarnya terdapat dalam Al-Qur’an yang tersebar dalam beberapa ayat dan surah.
Interpretasi dan elaborasi terhadap ayat dalam Al-Qur’an sangat urgen, agar
ayat yang berkaitan dengan ketujuh jenis pendidikan tersebut dapat
diimplementasikan dalam praktek pendidikan sehari-hari.
1.
Pendidikan Jasmani (Tarbiyah
al-Jismiyah
)
Pendidikan jasmani yang dimaksud bukan
sekedar dalam bentuk olah raga yang bertujuan menyehatkan tubuh, melainkan
tercakup juga di dalamnya tujuan pembentukan watak. Melalui pendidikan jasmani
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang  dalam diri peserta didik sifat dan
tabiat yang baik, seperti sportif, disiplin, kerjasama, dan sebagainya.
Pendidikan jasmani tidak hanya bertujuan
sehat jasmani saja, melainkan juga pada kesehatan rohani secara imbang, sebab
antara jasmani dan rohani terdapat ikatan harmonis yang tidak dapat dipisahkan.
Pakar di bidang psikoklinis seperti Sigmund Freud misalnya menemukan bahwa
dimensi pisik (jasmani) terkait erat dengan dimensi psikis (rohani).
Kesehatan dan kekuatan jasmani diperlukan
untuk mengoptimalkan peran jasmani dalam segala hal. Al-Qur’an mensinyalir
dalam Surah al-Anfal (8) ayat 60, sebagai berikut:

(#r‘‰Ïãr&ur Nßgs9
$¨B
OçF÷èsÜtGó™$# `ÏiB ;o§qè% ÆÏBur ÅÞ$t/Íh‘
È@ø‹yÜø9$# šcqç7Ïdöè?
¾ÏmÎ/ ¨r߉tã «!$#
öNà2¨r߉tãur
tûï̍yz#uäur
`ÏB
óOÎgÏRrߊ
Ÿw ãNßgtRqßJn=÷ès? ª!$#
öNßgßJn=÷ètƒ
4 $tBur
(#qà)ÏÿZè? `ÏB &äóÓx« †Îû È@‹Î6y™ «!$#
¤$uqãƒ
öNä3ö‹s9Î) óOçFRr&ur Ÿw
šcqßJn=ôàè? ÇÏÉÈ

Artinya :
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa
saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang
dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya….
(Q.S. 8
: 60)
Ayat di atas menegaskan urgensi kesehatan
dan kekuatan jasmani dimiliki oleh setiap muslim, agar dapat mengaktualisasikan
peran dan fungsinya sebagai khalifah di atas bumi.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi
bersabda sebagai berikut:
“Hai Abdullah, bukankah telah dikabarkan kepadaku
bahwasanya engkau berpuasa sepanjang hari dan bersalat sepanjang malam, apakah
yang demikian itu betul? Maka saya menjawab, betul ya Rasulullah. Kemudian Nabi
bersabda: “Jangan berbuat demikian, berpuasa dan berbukalah, tidur dan
bangunlah! Sesungguhnya bagi jasmanimu bagimu ada hak, dan bagi matamu juga ada
hak
.15)

2.
Pendidikan Akal/Kecerdasan (Tarbiyah
al-‘Aqliyah
)
Islam mendidik umatnya agar senantiasa
menggunakan potensi akal pikirannya. Melalui potensi akalnya manusia dapat
mengamati, memahami, memikirkan dan mempelajari makhluk-makhluk Allah (tafakkaru fi khalqillah wa la
tafakkaru fi zatillah
) kemudian mengambil i’tibar dari
makhluk-makhluk ciptaan-Nya itu. Tidak sedikit ayat di dalam Al-Qur’an yang
menyuruh manusia agar menggunakan akal pikirannya.
3.
Pendidikan Akidah/Ketuhanan (Tarbiyah
Ilahiyah
)
Pendidikan Ketuhanan merupakan awal dari
suatu gerakan historis misi kenabian, sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw.
Pendidikan Ketuhanan, meliputi penjelasan dan internalisasi makna uluhiyah, rububiyah, dan ‘ubudiyah manusia kepada
penciptanya (Allah swt.) semata.
Mengesakan akidah merupakan tujuan
tertinggi pendidikan. Barang siapa yang mengesakan akidahnya, berarti
mengesakan tujuan pendidikan dengan mengatur, mengarahkan dan merubah jalan
pikirannya kepada tauhid, yaitu mengarahkan manusia agar menjadi hamba Allah
yang salih dengan jalan mengetahui dan mengabdikan diri hanya kepada-Nya. Sampai
pada tahap ini pengabdian secara total (complete submission) kepada Allah betul-betul
terwujud antara makhluk dengan khalik-Nya, (wama khalaqtu al-jinna wa al-insana illa li ya’buduni).
Ajakan Al-Qur’an kepada manusia untuk mengakui bahwa Allah swt. merupakan Tuhan
mereka yang sebenarnya, sebagai berikut:
Artinya
:

Sesungguhnya Tuhanmu
hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi
segala sesuatu
(Q.S. 20 : 98)
4.
Pendidikan Akhlak/Moral/Susila (Tarbiyah
al-Khulqiyah
)
Pendidikan akhlak sangat dipentingkan oleh
Al-Qur’an, mengingat keberadaan manusia sebagai makhluk yang memiliki
pertanggungjawaban religi dalam hubungan vertikal dengan Tuhan dan horizontal
terhadap sesamanya.
Akhlak yang baik tidak hanya dimanifestasikan
dalam hubungan antara makhluk dengan khaliknya atau hubungan antara sesamanya,
melainkan lebih dari itu. Dalam Hubungan dengan segala yang terdapat dalam
wujud dan kehidupan ini, Islam tetap mengharuskan diterapkannya akhlak yang
terpuji.
Akhlak merupakan standar kepribadian
manusia. Walau bagaimana hebatnya manusia, tanpa diimbangi, diiringi dan
dihiasi perilakunya dengan akhlak yang terpuji, sia-sialah kehebatan itu.
Al-Qur’an dalam hal ini mensinyalir sebagai berikut:

Artinya :

”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri
.” (Q.S. 31 : 18)
Dalam
hadis yang diriwayatkan oleh at-Tabrani, Rasullah saw. bersabda sebagai
berikut:

Sebaik-baik manusia ialah yang terbaik budi pekertinya, (HR. at- Tabrani).
5.
Pendidikan Rohani/Jiwa (Tarbiyah
ar-Ruhiyah
)
Manusia diciptakan oleh Tuhan dari dua
unsur yang saling berketergantungan (interdependence), yaitu Madiy dan Gairu Madiy. Unsur Madiy disebut juga Jisim atau Badan. Sedang
unsur Gairu Madiy
meliputi al-‘Aql,
an-Nafs, dan al-Ruh. Interdependesi
keduanya melahirkan wujud makhluk yang disebut manusia.
Dalam Islam untuk menunjuk istilah jiwa, digunakan
juga istilah Qalb
(hati, ruh), Nafs
(jiwa, nyawa), dan Aql
(akal pikiran). Nafs
lebih menekankan atau menyatakan sebagai unsur penggerak dan aktivitas
biologis. Al-Qur’an menggunakannya dalam empat pengertian, yaitu nafas atau
nyawa, nafsu, jiwa, dan diri atau keakuan.

6.
Pendidikan Keindahan/Estetika (Tarbiyah
al-Jamaliyah
)
Keindahan, keteraturan, kerapian mendapat
porsi pembahasan yang cukup luas dalam Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an
mendramatisir keindahan, keteraturan dan kerapian dengan bahasa interpretatif
yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra, seperti keindahan sorga.
Islam menyuruh manusia membersihkan diri
baik pisik maupun psikisnya agar bersih dan indah. Perintah berwudu sebelum
menegakkan salat, merupakan bukti bahwa kebersihan sangat pentingkan oleh
Islam. Begitu juga agar manusia mengenakan pakaiannya sebelum atau ketika akan
melaksanakan salat dan menutup auratnya, merupakan cermin keindahan.
Keindahan itu lebih jelas lagi dalam
penciptaan yang dilakukan oleh Tuhan. Melalui penciptaan tersebut, Tuhan
mendidik manusia agar senantiasa memperindah diri dalam kehidupan sehari-hari.
Keindahan penciptaan manusia disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Artinya :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.
(Q.S. at-Tin 95 : 4)
7.
Pendidikan Sosial Kemasyarakatan (Tarbiyah
al-Ijtima’iyah
)
Di antara sebutan yang disandang oleh
manusia adalah “Homo Socius
sebagai bukti keterikatannya dengan kelompok sosial yang lain. Hal ini berarti
pula bahwa tak satupun di antara manusia yang dapat berdiri sendiri dalam hidup
ini. Satu dengan yang lain saling membutuhkan dan saling tergantung untuk
memenuhi hajat kehidupannya. Al-Qur’an mensinyalir sebagai berikut:


Artinya :

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia
….. 
(Q.S. AliImran 3 : 112)
Melalui ayat ini manusia diperintahkan
untuk melakukan interaksi sosial, di samping harus secara terus-menerus
menghubungkan diri dengan Tuhannya agar tercipta hubungan yang saling
menguntungkan antar sesamanya.
Ketuju dimensi pendidikan yang di atas
meliputi keseluruhan dimensi kehidupan manusia sebagai subyek sekaligus obyek
pendidikan. Jika keseluruhan dimensi pendidikan itu dapat diimplementasikan
dalam pendidikan, maka secara ideal akan memungkinkan manusia memerankan
perannya sebagai khalifah di bumi secara optimal.

3.     
Strategi pendidikan Islam

Dalam
kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki
dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan
mengkomunikasikan program tersebut kepada anak didik. Seorang guru harus mampu
memilih dan memilah strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Strategi tersebut haruslah disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.[7]

Dalam
Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad saw juga
menggunakan strategi – strategi :
äí÷Š$#
4’n<Î)
È@‹Î6y™
y7În/u‘
ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/
ÏpsàÏãöqyJø9$#ur
ÏpuZ|¡ptø:$#
(
Oßgø9ω»y_ur
ÓÉL©9$$Î/
}‘Ïd
ß`|¡ômr&
4
¨bÎ)
y7­/u‘
uqèd
ÞOn=ôãr&
`yJÎ/
¨@|Ê
`tã
¾Ï&Î#‹Î6y™
(
uqèdur
ÞOn=ôãr&
tûïωtGôgßJø9$$Î/
ÇÊËÎÈ

Artinya :

Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk
”. (Q.S. An-Nahl : 125)

Strategi
pembelajaran berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai. Seorang guru yang
mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan agar siswa mendapat suatu
pengetahuan yang bersifat kognitif, dengan menggunakan strategi pembelajaran
yang efektif yaitu strategi yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif sejak
memulai pelajaran sampai selesai.[8]

Dengan
demikian, kendali pembelajaran bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya.
Aktor pembelajaran adalah siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan
suasana pembelajaran seperti ini, praktis yang banyak terlibat adalah siswa.
Dengan banyak terlibat secara aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan.
Justru para siswa akan merasa senang dan bergairah.

  Jenis-Jenis Strategi Pendidikan

            Secara umum,
ketika dilihat dari segi penekanannya, strategi dapat dibagi tiga:

a. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada
guru.

b. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada
peserta didik.

c. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada
materi pengajaran.

            Secara
khusus, para pakar membagi strategi pembelajaran pada jenis-jenis yang banyak
sekali, diantaranya:

a.      
Strategi
Kontekstual

Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-pat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/
konteks lainnya.

b.     
Strategi
Pembelajaran Afektif

Strategi Pembelajaran Afektif memang berbedadengan
strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan
nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang
yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batasan tertentu memang afeksi dapat
muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai kepada
kesimpulan yang bisa dipertanggungj awapkan membutuhkan ketelitian dan
observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan.
Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru disekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu
baik, misalnya dilihat dari kebiasaan bahasa atau sopan santun yang
bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin
sikap itu terbentuk oleh kebiasaan guru dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

c.      
Strategi
Pembelajaran Kooperatif

Strategi pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender.

Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.

d.     
Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah

Strategi
pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan
kerja kelompok antar siswa. Siswa menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan,
kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).

e.      
Strategi
Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran
ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam
strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak
dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakanakan sudah jadi.
Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka
sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.

d. Strategi Pembelajaran Inkuiri[9]

Pembelajaran dengan
penemuan (inquiry) merupakan satu komponen penting dalam pendekatan
konstruktifistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau
pembaruan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan atau inkuiri, siswa
didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.


Ø  Manfaat Strategi Pendidikan

            Dari
penjelasan di atas, jelas bahwa manfaat strategi sangat menentukan keberhasilan
dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan, apapun yang dilaksanakan dengan tanpa
perencaan yang matang maka akan gagal. Alquran mendukung hal ini, Allah
berfirman:

$pkš‰r¯»tƒ
šúïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qà)®?$#
©!$#
öÝàZtFø9ur
Ó§øÿtR
$¨B
ôMtB£‰s%
7‰tóÏ9
(
(#qà)¨?$#ur
©!$#
4
¨bÎ)
©!$#
7ŽÎ7yz
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
ÇÊÑÈ

Artinya :

“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr
59
: 18)

            Strategi pembelajaran yang telah
dirumuskan sedemikian rupa guna menjadikan proses pembelajaran yang terarah.
Proses pembelajaran yang terarah, pastinya akan berakhir pada kesuksesan proses
itu sendiri.[10]

D.   
 Kesimpulan

1.      Bahwa Al-Qur’an
dan Hadits merupukan sumber utama dasar dalam pe
ndidikan
agama Islam,
Al-Qur’an juga memiliki pengaruh yang dahsyat apabila
dipahami dengan tepat dan diikuti dan diterapkan secara utuh dan benar. As-sunnah
didefenisikan sebagai sesuatu yang didapatkan dari Nabi Muhammad s.a.w. yang
terdiri dari ucapan, perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi,
baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya.

2.      Dalam pola pendidikan Islam pola dasar berarti harus meletakan nilai-nilai
dasar agama yang memberikan ruang lingkup berkembangnya proses pendidikan Islam
dalam rangka mencapai tujuan. Adapun aspek pendidikan meliputi pendidikan
jasmani, pendidikan akal, pendidikan qolbu, pendidikan naluri.

3.      Strategi pendidikan Islam merupakan tujuan yang akan dicapai seorang
guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan agar siswa mendapat suatu
pengetahuan yang bersifat kognitif
, agar dalam pelaksanaan pendidikan bisa
berhasil maksimal apa yang di harapkan seorang guru.

E.    
Penutup

Demikianlah
pemaparan makalah kami mengenai implikasi Al-qur’an dan Hadits terhadap
pendidikan  untuk mata kuliah ilmu
pendidikan Islam. Tentunya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah
kami ini, Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pada pembaca sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca. Ami
n

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Quthb, Sistem Pendidkan Islam,

Muhammad Munthahibun Nafis, Ilmu
Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Sukses Offset,2011).

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an.
(Bandung: Mizan,2001)

Mansyur, Strategi
Belajar Mengajar.
Penerbit Depag, 1996.

Hery Noer Aly dan Munzier Saputra, Pendidikan
Islam KIni dan Mendatang
, (Jakarta: CV. Triasco. 2003)

Munarji. Ilmu Pendidikan Islam.

Abdul mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media,2006),

Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang
Strategi Pembelajaran.
(
Jakarta:
Kencana,
2009)

http://muharjah.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo

http://putrabungsu-mengajaral-quran-hadis.blogspot.com/2011/05/makalah-metode-mengajar-al-quran

http//wordpress.com/2009/11/25/11 al-qur’an-tentang-pendidikan-jasmani.



[1]Muhammad Quthb,
Sistem
Pendidkan Islam, Hlm. 11.

[2] Muhammad Munthahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Sukses Offset,2011). Hlm.37

[3] M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an. (Bandung:
Mizan,2001). Hlm.433
[4] Hery Noer Aly dan Munzier Saputra, Pendidikan Islam
KIni dan Mendatang
, (Jakarta: CV. Triasco. 2003). Hlm.109

[5] Munarji. Ilmu Pendidikan Islam. Hlm.51

[6] Abdul mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan
Islam,
(Jakarta: Kencana Prenada Media,2006), Hlm. 39

[7] http://putrabungsu-mengajaral-quran-hadis.blogspot.com/2011/05/makalah-metode-mengajar-al-quran.

[8] Mansyur, Strategi Belajar
Mengajar.
Penerbit Depag, 1996.

[9] Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang
Strategi Pembelajaran.
( Jakarta:
Kencana,
2009)

[10] http://muharjah.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo

Rate this post