ANALISIS IMPLIKASI PENGAJARAN BAHASA ARAB DAN INGGRIS
TERHADAP HASIL BELAJAR BIDANG STUDI YANG TERKAIT
TERHADAP HASIL BELAJAR BIDANG STUDI YANG TERKAIT
DI MA NU NURUL ULUM JEKULO KUDUS
Disusun guna Memenuhi Tugas Akhir Semester v
Mata Kuliah : TeknologiPembelajaran PAI
Dosen Pengampu : ……………………………….
Disusun Oleh :
1……………………………………
2……………………………………
3……………………………………
4…………………………………….
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS JURUSAN
TARBIYAH / PAI
TARBIYAH / PAI
TAHUN 2013
BAB
I
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Latar
Belakang Masalah
Setiap manusia dilahirkan oleh Allah SWT untuk memenuhi
kebutuhannya selama berada di dunia, selain itu pula mereka tidak dapat hidup
sendiri, tapi masih bergantung dengan yang lainnya. Dalam al-Qur’an disebutkan
:
kebutuhannya selama berada di dunia, selain itu pula mereka tidak dapat hidup
sendiri, tapi masih bergantung dengan yang lainnya. Dalam al-Qur’an disebutkan
:
فلينظرالاء نسان مم خلق . خلق من ماء دافق . يخرج من بين الصلب والترائب.
Artinya : “Maka
hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia di ciptakan ?. Dia diciptakan
dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan
tulang dada perempuan. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk
mengembalikannya. (hidup sesudah mati)”.
(Q.S. Ath-Thariq, ayat 5 – 8 ) [1]
hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia di ciptakan ?. Dia diciptakan
dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan
tulang dada perempuan. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk
mengembalikannya. (hidup sesudah mati)”.
(Q.S. Ath-Thariq, ayat 5 – 8 ) [1]
Tetapi manusia
memiliki potensi dalam dirinya yang tidak diberikan orang tuanya tetapi oleh
Sang Pencipta untuk diaktualisasikan, dikembangkan, diasah terus dengan cara
belajar. Misalnya potensi sosialitas, kata M. J. Langeveld sebagaimana dikutip
oleh Umar Tirtarahardja:
memiliki potensi dalam dirinya yang tidak diberikan orang tuanya tetapi oleh
Sang Pencipta untuk diaktualisasikan, dikembangkan, diasah terus dengan cara
belajar. Misalnya potensi sosialitas, kata M. J. Langeveld sebagaimana dikutip
oleh Umar Tirtarahardja:
“Bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul“.
Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakekatnya
terkandung unsur saling memberi dan menerima yang menjadi kunci sukses dalam
pergaulan. Kelak kalau sudah dewasa akan berubah menjadi kesadaran akan hak
yang harus diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan.[2]
Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakekatnya
terkandung unsur saling memberi dan menerima yang menjadi kunci sukses dalam
pergaulan. Kelak kalau sudah dewasa akan berubah menjadi kesadaran akan hak
yang harus diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan.[2]
Inti proses pendidikan secara formal adalah mengajar.
Sedangkan inti proses pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu mengajar
tidak dapat dipisahkan dari belajar. Dapat diketahui bahwa belajar,
perkembangan, dan pendidikan merupakan suatu peristiwa dan tindakan
sehari-hari. Dari segi proses, belajar dan perkembangan merupakan proses
internal siswa. Pada belajar dan perkembangan, siswa sendirilah yang mengalami,
melakukan, dan menghayati. Sedangkan pendidikan adalah proses interaksi yang
terjadi antara guru dengan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan
mental sehingga menjadi mandiri.[3]
Siswa adalah penentu terjadi atau tidak proses belajar, yang terjadi berkat
siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar, berupa keadaan alam,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan manusia.
Sedangkan inti proses pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu mengajar
tidak dapat dipisahkan dari belajar. Dapat diketahui bahwa belajar,
perkembangan, dan pendidikan merupakan suatu peristiwa dan tindakan
sehari-hari. Dari segi proses, belajar dan perkembangan merupakan proses
internal siswa. Pada belajar dan perkembangan, siswa sendirilah yang mengalami,
melakukan, dan menghayati. Sedangkan pendidikan adalah proses interaksi yang
terjadi antara guru dengan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan
mental sehingga menjadi mandiri.[3]
Siswa adalah penentu terjadi atau tidak proses belajar, yang terjadi berkat
siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar, berupa keadaan alam,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan manusia.
Hampir semua
ahli sepakat terhadap proposisi yang mengatakan bahwa elemen yang sangat
penting dalam pendidikan adalah proses belajar mengajar, yang diharapkan akan
terjadi berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun masalah
belajar mengajar itu sudah ada sejak manusia lahir di dunia ini, tetapi selalu
saja menarik untuk dipersoalkan. Proses
belajar mengajar itu berkembang terus. Namun bagaimanapun pesat sarana
pengajaran, para guru diperlukan juga. Karena apapun yang terjadi dalam masalah
pengajaran, kembalinya kepada para pengajar juga. Belajar merupakan suatu usaha
untuk memperoleh kepandaian dengan melatih diri melalui bimbingan seorang guru
atau pengajar. Bisa juga dikatakan bahwa belajar adalah suatu tindakan untuk mengubah diri dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Sedangkan mengajar adalah
suatu usaha atau tindakan yang menyebabkan orang alain menjadi kenal, tahu, dan
paham serta dapat melaksanakan sesuatu yang sebelumnya tidak dikenal atau
diketahui.[4]
ahli sepakat terhadap proposisi yang mengatakan bahwa elemen yang sangat
penting dalam pendidikan adalah proses belajar mengajar, yang diharapkan akan
terjadi berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun masalah
belajar mengajar itu sudah ada sejak manusia lahir di dunia ini, tetapi selalu
saja menarik untuk dipersoalkan. Proses
belajar mengajar itu berkembang terus. Namun bagaimanapun pesat sarana
pengajaran, para guru diperlukan juga. Karena apapun yang terjadi dalam masalah
pengajaran, kembalinya kepada para pengajar juga. Belajar merupakan suatu usaha
untuk memperoleh kepandaian dengan melatih diri melalui bimbingan seorang guru
atau pengajar. Bisa juga dikatakan bahwa belajar adalah suatu tindakan untuk mengubah diri dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Sedangkan mengajar adalah
suatu usaha atau tindakan yang menyebabkan orang alain menjadi kenal, tahu, dan
paham serta dapat melaksanakan sesuatu yang sebelumnya tidak dikenal atau
diketahui.[4]
Sekolah
merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan dan
menjadi pusat pengajaran untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu,
warga masyarakat, dan dunia di masa depan. Dengan demikian pendidikan di
sekolah akan menjamah aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan dan pemilihan
ketrampilan peserta didik. Sekolah harus mampu melaksanakan fungsi pendidikan
secara optimal, yaitu mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional, yang
diupayakan pencapaiannya melalui pembangunan nasional. Di mana dalam pendidikan
adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur, serta
memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek
jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.[5]
merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan dan
menjadi pusat pengajaran untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu,
warga masyarakat, dan dunia di masa depan. Dengan demikian pendidikan di
sekolah akan menjamah aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan dan pemilihan
ketrampilan peserta didik. Sekolah harus mampu melaksanakan fungsi pendidikan
secara optimal, yaitu mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional, yang
diupayakan pencapaiannya melalui pembangunan nasional. Di mana dalam pendidikan
adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur, serta
memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek
jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.[5]
Proses belajar
di sekolah akan memberi peranan dan tanggung jawab yang selaras dan seimbang
antara guru dan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar, yang akan mengarahkan
siswa untuk berperan di dalam kegiatan belajar mengajar akan bermanfaat bukan
hanya dalam pencapaian siswa di sekolah, tetapi juga bermanfaat untuk membentuk
dan memperluas kebiasaan belajar terus-menerus seumur hidup, seperti kata Jakob
Sumardjo kelahiran Klaten, sebagaimana dikutip oleh Andreas Harefa,
mengingatkan dengan pepatahnya bahwa “Tidak belajar satu hari berarti mundur
satu hari”.[6]
Ini jelas bahwa betapa ruginya orang yang menyia-nyiakan waktunya untuk tidak
belajar.
di sekolah akan memberi peranan dan tanggung jawab yang selaras dan seimbang
antara guru dan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar, yang akan mengarahkan
siswa untuk berperan di dalam kegiatan belajar mengajar akan bermanfaat bukan
hanya dalam pencapaian siswa di sekolah, tetapi juga bermanfaat untuk membentuk
dan memperluas kebiasaan belajar terus-menerus seumur hidup, seperti kata Jakob
Sumardjo kelahiran Klaten, sebagaimana dikutip oleh Andreas Harefa,
mengingatkan dengan pepatahnya bahwa “Tidak belajar satu hari berarti mundur
satu hari”.[6]
Ini jelas bahwa betapa ruginya orang yang menyia-nyiakan waktunya untuk tidak
belajar.
Di
sekolah-sekolah terutama sekolah Islam akan dijumpai program bahasa, terutama
bahasa Arab dan bahasa Inggris, yang salah satu tujuan umumnya adalah
mempersiapkan pembelajar untuk melakukan interaksi yang bermakna, yaitu dengan
cara membuat mereka (siswa) mampu menggunakan dan memahami bentuk-bentuk ujaran
alamiah seperti dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada satupun yang ada di
ruang kelas dapat berbicara bahasa secara fasih, kecuali guru. Tentunya tujuan
umum yang ada adalah bahwa kelas-kelas bahasa harus mampu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar dan berlatih. Dr. Robert D. Hess sebagaimana dikutip
oleh Abu Ahmadi, mengatakan, salah satu cara utama untuk mendidik anak belajar
lebih baik adalah dengan penggunaan bahasa. Cara bagaimana berbicara kepada
anak-anak (terutama usia pra sekolah) dan susunan kalimat yang diucapkan
mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan kecerdasannya.[7]
sekolah-sekolah terutama sekolah Islam akan dijumpai program bahasa, terutama
bahasa Arab dan bahasa Inggris, yang salah satu tujuan umumnya adalah
mempersiapkan pembelajar untuk melakukan interaksi yang bermakna, yaitu dengan
cara membuat mereka (siswa) mampu menggunakan dan memahami bentuk-bentuk ujaran
alamiah seperti dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada satupun yang ada di
ruang kelas dapat berbicara bahasa secara fasih, kecuali guru. Tentunya tujuan
umum yang ada adalah bahwa kelas-kelas bahasa harus mampu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar dan berlatih. Dr. Robert D. Hess sebagaimana dikutip
oleh Abu Ahmadi, mengatakan, salah satu cara utama untuk mendidik anak belajar
lebih baik adalah dengan penggunaan bahasa. Cara bagaimana berbicara kepada
anak-anak (terutama usia pra sekolah) dan susunan kalimat yang diucapkan
mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan kecerdasannya.[7]
Dalam sebuah
kelas pembelajar berperan aktif dan bertanggung jawab dalam pembelajaran. Guru
dan pembelajar bekerja sama dalam suatu kemitraan (partnership). Belajar
antara guru dan pembelajar cenderung akan menghasilkan pengalaman belajar yang
akan mengakomodasi kebutuhan, minat, dan kemampuan. Guru dan siswa bekerja sama
dalam suatu arah dan rasa percaya yang timbul dari pemahaman terhadap aktifitas
belajar.
kelas pembelajar berperan aktif dan bertanggung jawab dalam pembelajaran. Guru
dan pembelajar bekerja sama dalam suatu kemitraan (partnership). Belajar
antara guru dan pembelajar cenderung akan menghasilkan pengalaman belajar yang
akan mengakomodasi kebutuhan, minat, dan kemampuan. Guru dan siswa bekerja sama
dalam suatu arah dan rasa percaya yang timbul dari pemahaman terhadap aktifitas
belajar.
Mempelajari
bahasa Asing itu memang sulit, tetapi kalau
bersungguh-sungguh dan ditunjang dengan sarana dan prasarana mungkin
akan terasa mudah. Seperti pengajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris di MA NU
NURUL ULUM Jekulo Kudus, yang sudah ditunjang dengan laboratorium bahasa, masih
juga ada siswa yang hasil belajar bahasa
maupun bidang studi yang lain rendah, terutama untuk bahasa Arab maupun bahasa
Inggris.
bahasa Asing itu memang sulit, tetapi kalau
bersungguh-sungguh dan ditunjang dengan sarana dan prasarana mungkin
akan terasa mudah. Seperti pengajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris di MA NU
NURUL ULUM Jekulo Kudus, yang sudah ditunjang dengan laboratorium bahasa, masih
juga ada siswa yang hasil belajar bahasa
maupun bidang studi yang lain rendah, terutama untuk bahasa Arab maupun bahasa
Inggris.
Berangkat dari
persoalan tersebut penulis akan mengkaji seberapa jauhkah akibat pengajaran
bahasa Arab jika dibandingkan dengan bahasa Inggris terhadap hasil belajar bidang studi yang terkait di MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus .
persoalan tersebut penulis akan mengkaji seberapa jauhkah akibat pengajaran
bahasa Arab jika dibandingkan dengan bahasa Inggris terhadap hasil belajar bidang studi yang terkait di MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus .
B.
Penegasan
Istilah dan Penjelasan Judul
Penegasan
Istilah dan Penjelasan Judul
1.
Penegasan Istilah
Penegasan Istilah
a.
Implikasi adalah dampak (akibat) langsung atau konsekuensi
dari suatu keputusan. [8]
b.
Pengajaran adalah proses,
perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan yang dilakukan oleh seorang
guru kepada siswa.[9]
c.
Hasil belajar adalah sesuatu yang dijadikan patokan setelah
melakukan usaha atau kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar.[10]
d.
Bidang studi yang terkait adalah pengelompokan sejumlah
mata pelajaran yang sejenis atau memiliki ciri-ciri yang sama (mata pelajaran
yang telah berkorelasi satu sama lain),[11]
dalam hal ini mata pelajaran tersebut adalah Fiqih dan Qur’an Hadits (mata
pelajaran bahasa Arab), Ekonomi dan Fisika (mata pelajaran bahasa Inggris).
e.
MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus adalah lokasi atau tempat
penelitian.
2.
Penjelasan Judul
Penjelasan Judul
Atas dasar penjelasan istilah tersebut, maka implikasi
pengajaran bahasa Arab dan Inggris terhadap hasil belajar bidang studi yang
terkait di MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus, dapat diartikan sebagai dampak dari
transformasi ilmu (bahasa Arab dan Inggris) yang dilakukan guru kepada siswa di
kelas dengan menggunakan metode yang sesuai yaitu; ceramah, diskusi, dan tanya
jawab. Kemudian akan diukur kemampuan siswa setelah melalui kegiatan belajar,
yang merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku. Hasil
pengajaran bahasa Arab dan Inggris akan berpengaruh dengan pelajaran
yang terkait. Jadi bisa dikatakan bahasa Arab dan Inggris sebagai prasyarat dan
bidang studi yang terkait sebagai kosyarat. Penelitian ini dilaksanakan pada
Madrasah Aliyah NU NURUL ULUM Kudus yang terletak di Bareng Jekulo Kudus.
pengajaran bahasa Arab dan Inggris terhadap hasil belajar bidang studi yang
terkait di MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus, dapat diartikan sebagai dampak dari
transformasi ilmu (bahasa Arab dan Inggris) yang dilakukan guru kepada siswa di
kelas dengan menggunakan metode yang sesuai yaitu; ceramah, diskusi, dan tanya
jawab. Kemudian akan diukur kemampuan siswa setelah melalui kegiatan belajar,
yang merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku. Hasil
pengajaran bahasa Arab dan Inggris akan berpengaruh dengan pelajaran
yang terkait. Jadi bisa dikatakan bahasa Arab dan Inggris sebagai prasyarat dan
bidang studi yang terkait sebagai kosyarat. Penelitian ini dilaksanakan pada
Madrasah Aliyah NU NURUL ULUM Kudus yang terletak di Bareng Jekulo Kudus.
C.
Rumusan
Masalah
Rumusan
Masalah
Setelah
diketahui latar belakang permasalahan yang penulis angkat, maka dapat penulis
rumuskan beberapa masalah yang akan diangkat adalah :
diketahui latar belakang permasalahan yang penulis angkat, maka dapat penulis
rumuskan beberapa masalah yang akan diangkat adalah :
1. Bagaimana
proses pembelajaran bahasa Arab dan Inggris di MA NU NURUL ULUM Jekulo
Kudus ?
proses pembelajaran bahasa Arab dan Inggris di MA NU NURUL ULUM Jekulo
Kudus ?
2. Prestasi belajar
bidang-bidang studi yang terkait dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris di MA
NURUL NURUL ULUM Jekulo Kudus ?
bidang-bidang studi yang terkait dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris di MA
NURUL NURUL ULUM Jekulo Kudus ?
3. Apakah prestasi
bidang studi itu dipengaruhi oleh hasil belajar bahasa Arab dan Inggris di MA
NU NURUL ULUM Jekulo Kudus ?
bidang studi itu dipengaruhi oleh hasil belajar bahasa Arab dan Inggris di MA
NU NURUL ULUM Jekulo Kudus ?
D.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis :
rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis :
1.
Untuk mengetahui proses pembelajaran bahasa Arab dan
Inggris di MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus.
Untuk mengetahui proses pembelajaran bahasa Arab dan
Inggris di MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus.
2.
Untuk mengetahui prestasi belajar bidang-bidang studi yang
terkait dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris di MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus.
Untuk mengetahui prestasi belajar bidang-bidang studi yang
terkait dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris di MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus.
3.
Untuk mengetahui prestasi bidang studi terkait yang
dipengaruhi oleh hasil belajar bahasa Arab dan Inggris di MA NU NURUL ULUM
Jekulo Kudus.
Untuk mengetahui prestasi bidang studi terkait yang
dipengaruhi oleh hasil belajar bahasa Arab dan Inggris di MA NU NURUL ULUM
Jekulo Kudus.
E.
Hipotesis
Hipotesis
Selanjutnya akan
dicoba untuk melakukan hipotesis. Akan tetapi,
terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian hipotesis itu
sendiri. Hipotesis adalah suatu bentuk pernyataan yang menghubungkan antara dua
variabel atau lebih.[12]
dicoba untuk melakukan hipotesis. Akan tetapi,
terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian hipotesis itu
sendiri. Hipotesis adalah suatu bentuk pernyataan yang menghubungkan antara dua
variabel atau lebih.[12]
Dari pengertian
tersebut, hipotesis bisa juga dikatakan sebagai sebuah asumsi atau dugaan
sementara yang harus diuji lebih lanjut. Dalam hal ini diasumsikan bahwa
prestasi belajar dari pengajaran bahasa arab dan Inggris itu berpengaruh
terhadap hasil belajar bidang studi yang terkait, dan tidak ada perbedaan
tingkat pengajaran antara bahasa Arab dan bahasa Inggris.
tersebut, hipotesis bisa juga dikatakan sebagai sebuah asumsi atau dugaan
sementara yang harus diuji lebih lanjut. Dalam hal ini diasumsikan bahwa
prestasi belajar dari pengajaran bahasa arab dan Inggris itu berpengaruh
terhadap hasil belajar bidang studi yang terkait, dan tidak ada perbedaan
tingkat pengajaran antara bahasa Arab dan bahasa Inggris.
F.
Metodologi
Penelitian
Metodologi
Penelitian
Metode Pendekatan
1. Pendekatan yang
digunakan
digunakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu
pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numeral (angka) yang
diolah dengan metode statistika.[13]
pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numeral (angka) yang
diolah dengan metode statistika.[13]
2. Variabel
Variabel adalah sesuatu yang mempunyai variasi nilai-nilai.[14]
Dalam hal ini variabel yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Dalam hal ini variabel yang
digunakan adalah sebagai berikut :
3. Variabel Independen
(variabel bebas)
(variabel bebas)
Variabel ini terdiri atas pengajaran bahasa Arab dan bahasa
Inggris. Bidang studi yang
terkait dengan bahasa Arab adalah Fiqh dan Qur’an Hadits. Sedangkan yang
terkait dengan bahasa Inggris adalah Fisika dan Ekonomi. Adapun aspek yang akan
diteliti adalah :
Inggris. Bidang studi yang
terkait dengan bahasa Arab adalah Fiqh dan Qur’an Hadits. Sedangkan yang
terkait dengan bahasa Inggris adalah Fisika dan Ekonomi. Adapun aspek yang akan
diteliti adalah :
a. Kurikulum bidang
studi yang terkait dengan bahasa Arab dan Inggris
studi yang terkait dengan bahasa Arab dan Inggris
b. Metode yang
digunakan guru di kelas
digunakan guru di kelas
c. Sarana dan
prasarana penunjang proses pengajaran bahasa tersebut
prasarana penunjang proses pengajaran bahasa tersebut
d. Respon siswa di
dalam kelas (dalam proses belajar mengajar)
dalam kelas (dalam proses belajar mengajar)
4. Variabel Dependen
(variabel terikat)
(variabel terikat)
Dalam variabel ini akan ditekankan pada rekaman prestasi dengan bidang
studi ang terkait yaitu Fiqh dan Qur’an Hadis terkait dengan bahasa Arab.
Fisika dan Ekonomi terkait dengan bahasa Inggris.
studi ang terkait yaitu Fiqh dan Qur’an Hadis terkait dengan bahasa Arab.
Fisika dan Ekonomi terkait dengan bahasa Inggris.
Metode Pengumpulan Data
1. Metode
Dokumentasi
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pencatatan sejumlah data-data yang
bersifat verbal yang terdapat dalam surat-surat, catatan, jurnal,
kenang-kenangan (memoris), laporan lain sebagainya.[15]
Adapun bahan-bahan yang akan digali berasal dari :
bersifat verbal yang terdapat dalam surat-surat, catatan, jurnal,
kenang-kenangan (memoris), laporan lain sebagainya.[15]
Adapun bahan-bahan yang akan digali berasal dari :
a) Kurikulum yang
ada di sekolah tersebut, khususnya kurikulum bidang studi yang terkait dengan
bahasa Arab dan Inggris.
ada di sekolah tersebut, khususnya kurikulum bidang studi yang terkait dengan
bahasa Arab dan Inggris.
b) Data satuan
pelajaran (satpel), transkrip nilai dan guru serta data-data lain yang
berhubungan dengan siswa di dalam kelas.
pelajaran (satpel), transkrip nilai dan guru serta data-data lain yang
berhubungan dengan siswa di dalam kelas.
2. Metode Interview
Metode interview adalah metode pengumpulan data dimana pihak
pengumpul data aktif mendatangi responden untuk memperoleh
keterangan-keterangan yang diperlukan.[16]
Pada metode ini pembahasannya adalah pemahaman siswa tentang materi pelajaran
bahasa Arab dan bahasa Inggris serta respon siswa tentang sistem pengajaran
yang diterapkan oleh guru di dalam kelas.
pengumpul data aktif mendatangi responden untuk memperoleh
keterangan-keterangan yang diperlukan.[16]
Pada metode ini pembahasannya adalah pemahaman siswa tentang materi pelajaran
bahasa Arab dan bahasa Inggris serta respon siswa tentang sistem pengajaran
yang diterapkan oleh guru di dalam kelas.
3. Metode Observasi
Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala psikhis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.[17]
Dalam metode ini objeknya adalah keadaan siswa pada saat berlangsungnya proses
belajar mengajar, penyampaian guru pelajaran tersebut di dalam kelas serta
sarana dan prasarana pendukungnya.
sosial dan gejala-gejala psikhis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.[17]
Dalam metode ini objeknya adalah keadaan siswa pada saat berlangsungnya proses
belajar mengajar, penyampaian guru pelajaran tersebut di dalam kelas serta
sarana dan prasarana pendukungnya.
Metode Pengolahan dan Analisis
1. Metode Pengolahan
Data
Data
Inferensial
Dalam tahapan ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
rumus-rumus statistik yang berkaitan dengan masalah yang diangkat itu sendiri.
Adapun perangkat yang digunakan adalah sebagai berikut :
rumus-rumus statistik yang berkaitan dengan masalah yang diangkat itu sendiri.
Adapun perangkat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Populasi
Populasi adalah semua individu yang akan dijadikan objek penelitian,
kemudian digeneralisasikan.[18]
Populasi dalam penelitian ini meliputi siswa kelas I, II, dan III MA NU NURUL
ULUM Jekulo Kudus. Kelas I terdiri dari 6 kelas, kelas II ada 6 kelas, dan
kelas III ada 6 kelas. Tiap kelas untuk kelas I ada 50 siswa, kelas II kurang
lebih ada 50 siswa, sedang kelas III kurang lebih 50 siswa. Jadi populasi
keseluruhan adalah kurang lebih 900 siswa meliputi, siswa kelas I kurang lebih
300, kelas II 300, dan kelas III 300 siswa.
kemudian digeneralisasikan.[18]
Populasi dalam penelitian ini meliputi siswa kelas I, II, dan III MA NU NURUL
ULUM Jekulo Kudus. Kelas I terdiri dari 6 kelas, kelas II ada 6 kelas, dan
kelas III ada 6 kelas. Tiap kelas untuk kelas I ada 50 siswa, kelas II kurang
lebih ada 50 siswa, sedang kelas III kurang lebih 50 siswa. Jadi populasi
keseluruhan adalah kurang lebih 900 siswa meliputi, siswa kelas I kurang lebih
300, kelas II 300, dan kelas III 300 siswa.
2) Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa yang dimaksud penentuan sample adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel
apabila bermaksud mengeneralisasikan hasil penelitian.[19]
Adapun pengambilan sample, Suharsimi Arikunto mengatakan “lebih baik diambil
semuanya apabila subjek kurang dari 100, sehingga peneliti merupakan penelitian
populasi. Tetapi jika subjeknya lebih dari 100, maka dapat mengambil sebagian
saja samplenya yaitu 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih”. Karena siswa MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus lebih dari 100
maka penulis mengambil sample yaitu 10 % dari masing-masing kelas (I, II, dan
III) yaitu kurang lebih 900 siswa. Jadi kelas I sampelnya sebanyak 30 siswa,
kelas II 30 siswa, dan kelas III 30 siswa. Karena di dalam populasi terdapat
kelompok-kelompok subjek dan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain
tampak adanya strata atau tingkatan, maka penulis menggunakan tehnik Stratified
random sample.
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel
apabila bermaksud mengeneralisasikan hasil penelitian.[19]
Adapun pengambilan sample, Suharsimi Arikunto mengatakan “lebih baik diambil
semuanya apabila subjek kurang dari 100, sehingga peneliti merupakan penelitian
populasi. Tetapi jika subjeknya lebih dari 100, maka dapat mengambil sebagian
saja samplenya yaitu 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih”. Karena siswa MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus lebih dari 100
maka penulis mengambil sample yaitu 10 % dari masing-masing kelas (I, II, dan
III) yaitu kurang lebih 900 siswa. Jadi kelas I sampelnya sebanyak 30 siswa,
kelas II 30 siswa, dan kelas III 30 siswa. Karena di dalam populasi terdapat
kelompok-kelompok subjek dan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain
tampak adanya strata atau tingkatan, maka penulis menggunakan tehnik Stratified
random sample.
Stratified random sample adalah sample yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen populasi
dalam kelompok-kelompok yang tidak overlapping yang disebut strata, dan
kemudian memilih sebuah sample secara acak (random) dari tiap tingkatan (stratum).
[20]
dalam kelompok-kelompok yang tidak overlapping yang disebut strata, dan
kemudian memilih sebuah sample secara acak (random) dari tiap tingkatan (stratum).
[20]
Selanjutnya akan digunakan sample random dengan cara ordinal
(tingkatan sama), yaitu setelah 50 orang subjek diberi nomor satu sampai empat
puluh, penulis membuat 5 gulungan kertas dengan nomor 1, 2, 3, 4, dan 5,
kemudian diambil satu misalnya, setelah dibuka tertera angka 3. Oleh karena
sample ada 30 siswa untuk 6 kelas, maka penulis mengambil 5 siswa tiap kelas. Sehingga penulis mengambil nomor
dengan terpaut setiap 5 subjek mulai dari nomor 3, lalu 8, 13, 18 dan 23.
Nomor-nomor yang terambil itulah dijadikan penulis sebagai nomor subjek sample
penelitian.
(tingkatan sama), yaitu setelah 50 orang subjek diberi nomor satu sampai empat
puluh, penulis membuat 5 gulungan kertas dengan nomor 1, 2, 3, 4, dan 5,
kemudian diambil satu misalnya, setelah dibuka tertera angka 3. Oleh karena
sample ada 30 siswa untuk 6 kelas, maka penulis mengambil 5 siswa tiap kelas. Sehingga penulis mengambil nomor
dengan terpaut setiap 5 subjek mulai dari nomor 3, lalu 8, 13, 18 dan 23.
Nomor-nomor yang terambil itulah dijadikan penulis sebagai nomor subjek sample
penelitian.
2. Metode Analisis
Data
Data
a) Analisis Data
Inferensial
Inferensial
Pada analisis data ini dimaksudkan untuk mengambil kesimpulan dengan
pengujian hipotesis. Dalam analisis data inferensial ini akan dibagi menjadi
tiga tahapan, yaitu :
pengujian hipotesis. Dalam analisis data inferensial ini akan dibagi menjadi
tiga tahapan, yaitu :
b) Analisis
Pendahuluan
Pendahuluan
Dalam analisis pendahuluan ini, penulis mencari data-data hasil belajar
siswa dalam satu semester (nilai rapor). Nilai-nilai yang dicari berasal dari
guru mata pelajaran yang terkait dengan pelajaran bahasa Arab dan bahasa
Inggris.
siswa dalam satu semester (nilai rapor). Nilai-nilai yang dicari berasal dari
guru mata pelajaran yang terkait dengan pelajaran bahasa Arab dan bahasa
Inggris.
c) Analisis Uji
Hipotesis
Hipotesis
Pada analisis uji hipotesis ini penulis akan membagi variabel yang ada
menjadi dua kelompok sample dari satu populasi yaitu pengajaran bahasa (Arab
dan Inggris) dan hasil belajar bidang
studi yang terkait di MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus.
menjadi dua kelompok sample dari satu populasi yaitu pengajaran bahasa (Arab
dan Inggris) dan hasil belajar bidang
studi yang terkait di MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus.
Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik
Korelasi Ganda Variabel, sebab selain objek yang digunakan sedikit, didalamnya
merupakan suatu uji coba ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara dua variabelnya atau lebih.[21]
Korelasi Ganda Variabel, sebab selain objek yang digunakan sedikit, didalamnya
merupakan suatu uji coba ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara dua variabelnya atau lebih.[21]
Sistematika
Pada bagian ini, oleh
penulis akan dibagi menjadi tiga bagian secara garis besarnya, yaitu :
penulis akan dibagi menjadi tiga bagian secara garis besarnya, yaitu :
1.
Bagian muka
Bagian muka
Pada bagian muka memuat halaman judul, halaman nota
pembimbing, halaman pengesahan judul, halaman motto, halaman persembahan, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran
pembimbing, halaman pengesahan judul, halaman motto, halaman persembahan, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran
2.
Bagian isi dan batang tubuh
Bagian isi dan batang tubuh
Bagian isi dan batang tubuh meliputi bab satu yang berisi
tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tinjauan penelitian, hipotesis dan metodologi penelitian yang meliputi; metode
pendekatan, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tinjauan penelitian, hipotesis dan metodologi penelitian yang meliputi; metode
pendekatan, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
Bab dua, yang berisi tentang Landasan Teoritis Pengajaran
Bahasa (Arab dan Inggris) yang terdiri atas dua sub bab; yang pertama
Pengajaran bahasa arab dan bahasa Inggris yang meliputi; Pengertian pengajaran,
Komponen-komponen pengajaran, Komunikasi dan Proses Belajar Mengajar (PBM) dan
Pengajaran Komunikatif, meliputi; Hakekat komunikatif, Prinsip belajar bahasa
(Arab dan Inggris) komunikatif, Strategi belajar bahasa (Arab dan Inggris). Sub
bab yang kedua, Hasil belajar siswa yang meliputi; Pengertian hasil belajar,
Ciri-ciri hasil belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, Fungsi
penilaian hasil belajar yang baik dan Sasaran serta Jenis penilaian hasil
belajar.
Bahasa (Arab dan Inggris) yang terdiri atas dua sub bab; yang pertama
Pengajaran bahasa arab dan bahasa Inggris yang meliputi; Pengertian pengajaran,
Komponen-komponen pengajaran, Komunikasi dan Proses Belajar Mengajar (PBM) dan
Pengajaran Komunikatif, meliputi; Hakekat komunikatif, Prinsip belajar bahasa
(Arab dan Inggris) komunikatif, Strategi belajar bahasa (Arab dan Inggris). Sub
bab yang kedua, Hasil belajar siswa yang meliputi; Pengertian hasil belajar,
Ciri-ciri hasil belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, Fungsi
penilaian hasil belajar yang baik dan Sasaran serta Jenis penilaian hasil
belajar.
Bab tiga, yang berisi tentang tinjauan umum MA NU NURUL
ULUM Jekulo Kudus yang terdiri dua sub bab, yang pertama; Gambaran umum MA NU
NURUL ULUM Jekulo Kudus yang meliputi; Latar Belakang Berdirinya MA NU NURUL
ULUM Jekulo Kudus, Landasan dan Target Pengembangan MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus,
Tujuan MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus, Program Pengajaran pada MA NU NURUL ULUM
Jekulo Kudus, Sarana dan Fasilitas Pendidikan, Pelaksanaan Kurikulum Madrasah
Aliyah, dan Struktur Organisasi. Sub bab yang kedua berisi tentang Pelaksanaan
Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelas yang meliputi; Pengertian Proses Belajar
Mengajar (PBM), Sikap dan Kepribadian Guru, Kegiatan Pembelajaran untuk
Mengembangkan Ketrampilan Berbahasa dengan Pemahaman, dan Program Penilaian
(tehnik penilaian dan tehnik analisis akhir).
ULUM Jekulo Kudus yang terdiri dua sub bab, yang pertama; Gambaran umum MA NU
NURUL ULUM Jekulo Kudus yang meliputi; Latar Belakang Berdirinya MA NU NURUL
ULUM Jekulo Kudus, Landasan dan Target Pengembangan MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus,
Tujuan MA NU NURUL ULUM Jekulo Kudus, Program Pengajaran pada MA NU NURUL ULUM
Jekulo Kudus, Sarana dan Fasilitas Pendidikan, Pelaksanaan Kurikulum Madrasah
Aliyah, dan Struktur Organisasi. Sub bab yang kedua berisi tentang Pelaksanaan
Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelas yang meliputi; Pengertian Proses Belajar
Mengajar (PBM), Sikap dan Kepribadian Guru, Kegiatan Pembelajaran untuk
Mengembangkan Ketrampilan Berbahasa dengan Pemahaman, dan Program Penilaian
(tehnik penilaian dan tehnik analisis akhir).
Bab empat berisi tentang analisis data siswa kelas I MA NU
NURUL ULUM Jekulo Kudus terdiri atas tiga fase yaitu; Analisis Pendahuluan,
Analisis Uji Hipotesis dan Analisis Lanjut.
NURUL ULUM Jekulo Kudus terdiri atas tiga fase yaitu; Analisis Pendahuluan,
Analisis Uji Hipotesis dan Analisis Lanjut.
Kemudian bab lima yang berisi tentang Penutup yang terdiri
dari Kesimpulan penulis, Saran serta Penutup.
dari Kesimpulan penulis, Saran serta Penutup.
3.
Bagian Akhir
Bagian Akhir
Pada bagian akhir meliputi Daftar pustaka,
Lampiran-lampiran dan Daftar riwayat hidup penulis.
Lampiran-lampiran dan Daftar riwayat hidup penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Pendidikan dari Masa ke Masa, CV
Armico, Cet. I. Bandung, 1987.
Armico, Cet. I. Bandung, 1987.
Al- Qur’an surat Ath-Thoriq ayat 5 – 8, Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen
Agama, 1984.
Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen
Agama, 1984.
Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Harian Kompas, Jakarta, 2000.
Burhanuddin Salam, Pengantar
Pedagogik, Rineka Cipta, Jakarta,
1997.
Pedagogik, Rineka Cipta, Jakarta,
1997.
Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta,
1997.
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta,
1997.
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan
dan Penyluhan Belajar di Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya, 1987.
dan Penyluhan Belajar di Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya, 1987.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar
dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta,
1999.
dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta,
1999.
J. Supranto, Metode Riset
Aplikasi dalam Pemasaran, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1978.
Aplikasi dalam Pemasaran, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1978.
Masri Singarimbun dan Sofyan
Effendi, Metode penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1989.
Effendi, Metode penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1989.
Kartini Kartono, Pengantar
Metodologi Research Sosial, Alumni, Bandung,
1983.
Metodologi Research Sosial, Alumni, Bandung,
1983.
Koentjoroningrat, Metode-metode
Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta,
1991.
Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta,
1991.
Mohammad Nazir, Metode
Penelitian, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1995.
Penelitian, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1995.
Nana Sudjana, Pengantar
Statistik Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
Statistik Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998.
Sugiyono, Statistika
untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung,
2002.
untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung,
2002.
Suharsimi Arikunto, Manajemen
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta,
1995, Cet. III.
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta,
1995, Cet. III.
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta,
1992.
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta,
1992.
Sutrisno Hadi, Metode Research, Yasbit, Fakultas
Psikologi UGM, Yogyakarta, 1987.
Psikologi UGM, Yogyakarta, 1987.
Umar Tirtarahardja dan
Lasula, Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Lasula, Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
[1] Al-Qur’an
surat Ath-Thariq ayat 5–8, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an
dan Terjemahannya, Mahkota Surabaya, Departemen Agama, 1984, hal. 1048.
surat Ath-Thariq ayat 5–8, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an
dan Terjemahannya, Mahkota Surabaya, Departemen Agama, 1984, hal. 1048.
[3] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan
Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hal. 7.
Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hal. 7.
[8]
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, Rineka Cipta, Jakarta,
1997, hal. 215.
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, Rineka Cipta, Jakarta,
1997, hal. 215.
[13] Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 1998, hal. 5.
Pelajar, Yogyakarta, 1998, hal. 5.
[16] J. Supranto, Metode Riset Aplikasi dalam
Pemasaran, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta, 1978, hal. 45.
Pemasaran, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta, 1978, hal. 45.
[17] Kartini Kartono, Pengantar Metodologi
Research Sosial, Alumni, Bandung, 1983, hal. 159.
Research Sosial, Alumni, Bandung, 1983, hal. 159.
[18] Sutrisno Hadi, Metode Research, Yasbit, Fakultas
Psikologi UGM, Yogyakarta, 1987, hal 70
Psikologi UGM, Yogyakarta, 1987, hal 70
[19] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,
Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal 104.
Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal 104.
[21] Suharsimi Arikunto, Manajemen
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, Cet. III, hal 425.
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, Cet. III, hal 425.