Makalah ” HAKIKAT GURU ” Mata Kuliah Profesi Keguruan + Lengkap dengan Referensi

Posted on
HAKIKAT GURU
Makalah
Disusun guna Memenuhi
Tugas Semester V
Mata Kuliah: Profesi
Keguruan
Dosen Pengampu: …………………………..
Disusun Oleh Kelompok :
1………………………………
2………………………………
3………………………………
4……………………………… 
 


SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH / PAI
20XXX
HAKIKAT GURU
A.    Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, guru
merupakan faktor penting dan utama, karena guru adalah orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik,
terutama di sekolah, untuk mencapai kedewasaan peserta didik sehingga ia
menjadi manusia yang paripurna dan mengetahui tugas-tugasnya sebagai manusia.
Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung
jawab untuk membawa siswanya kearah kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Dalam rangka itu guru tidak
semata-mata sebagai “pendidik” yang transfer of knowledge, tapi juga
seorang “pendidik” yang transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing”
yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan
ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di
dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya mengantarkan siswa ketaraf yang
dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat
didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai
dengan profesi dan tanggung jawabnya.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Bagaiman hakikat guru?
2.      Bagaimana peran guru di dalam proses
belajar mengajar?
3.      Bagaimana langkah menjadi guru yang
ideal dan inovatif?
C. Pembahasan
1.      Hakikat Guru
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan faktor
penting dan utama,karena guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan jasmani dan rohani pesrta didik, terutama di sekolah, untuk
mencapai kedewasaan peserta didik sehingga ia menjadi manusia yang paripurna
dan mengetahui tugas-tugasnya sebagai manusia.[1]
Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[2]
Guru adalah kunci pendidikan, artinya jika guru sukses maka kemungkinan besar
murid-muridnya akan sukses.
Guru adalah figure inspirator dan motivator murid
dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan
motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik
dalam mengejar cita-cita besarnya dimasa depan. Guru dalam pengertian sederhana
adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar
kepada peserta didik. Sementara, masyarakat memandang guru sebagai orang yang
melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid, mushola, atau tempat-tempat lain.
Perkembangan pesat teknologi informasi saat ini, kiranya menumbuhkan tantangan
tersendiri bagi guru. Mengingat guru sudah bukan lagi satu-satunya sumber
informasi hingga muncul pendapat bahwa pendidikan bias berlangsung tanpa guru.[3]
Tugas-tugas
dari seorang pendidik adalah:
1.      Membimbing peserta didik, dalam artian
mencari pengenalan terhadap anak didik mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat,
minat, dan sebagainya.
2.      Menciptakan situasi untuk pendidikan,
yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidik dapat berlangsung dengan
baik dan hasil yang memuaskan.
3.      Seorang pendidik harus memiliki
pengetahuan yang diperlukan, seperti pengetahuan agama, dan lain sebagainya.
Seperti yang dikemukakan oleh Imam Al- Ghazali, bahwa tugas pendidik adalah
membersihkan serta menyempurnakan hati manusia untuk taqarrub kepada Allah swt.[4]
Sedangkan
tanggung jawab dari seorang pendidik adalah:
1.      Bertanggung moral
2.      Bertanggung jawab dalam bidang
pendidikan
3.      Tanggung jawab kemasyarakatan
4.      Bertanggung jawab dalam bidang keilmuan.[5]
2.      Peran Guru di Dalam Proses Belajar Mengajar
Peran guru dalam proses belajar
mengajar diantaranya sebagai berikut :
a.       Guru sebagai demonstrator
Melalui
peranannya sebagai demonstrator, lecturer,
atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi
pelajaran yang kan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan
sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu yang harus
diperhatikan oleh guru bahwa guru sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa
guru harus belajar terus menerus. Dengan cara demikian guru akan memperkaya
dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang
diajarkannya secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikan oleh guru
betul-betul dimiliki olehanak didik.[6]
b.      Guru sebagai pengelola kelas
Dalam
peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi
agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk
belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Tujuan umum
pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam
kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.[7]
c.       Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai
mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk mlebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan
merupakan dasar yang sangat dipwrlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan
bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi
juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan
media itu dengan baik. Untuk itu guru perlu mengalami latihan-latihan praktek
secara kontinu dan sistematis, baik melalui pre-service
maupun melalui inservice training.
Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi,
metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
Sebagai
fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta
dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa
narasumber, buku teks, majalah, atau surat kabar.[8]
Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan
mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan bakat anak didik bukan persoalan
mudah, ia membutuhkan eksperimentasi maksimal, latihan terus menerus dan
evaluasi rutin.[9]
d.      Guru sebagai evaluator
Setiap
jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu salama satu
periode pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap
hasil yang telahdicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian
pula dalam satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang
evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan
sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui
kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dalam
fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap
proses belajar mengajar. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan
demikian proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh
hasil yang optimal.[10]
Langkah menjadi guru yang ideal dan inovatif, yaitu
sebagai berikut:
1.      Orang yang mempunyai kompetensi tinggi
dengan banyak membaca, menulis, dan meneliti. Ia adalah figur yang senang
dengan pengembangan diri terus menerus, tidak merasa cukup dengan apa yang
sudah dimiliki.
2.      Mempunyai moral yang baik, bias menjadi
teladan, dan member contoh perbuatan, tidak sekedar menyuruh dan berorasi.
3.      Mempunyai skills yang memadai untuk
berkompetisi dengan elemn bangsa lain dan sebagai sumber inspirasi dan motivasi
kepada anak didik.
4.      Mempunyai kreativitas dan inovasi tinggi
dalam mengajar sehingga menarik dan memuaskan anak didik.
5.      Mempunyai tanggung jawab social dengan
ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan problem-problem sosial kemasyarakatan.
Sekarang ini, guru di Indonesia yang
mempunyai lima kriteria di atas sangat sedikit. Mereka banyak yang mengandalkan
gelar kesarjanaan tanpa mengevaluasi kemampuan dan tanggung jawab besarnya
sebagai figure pengubah sejarah yang dituntut mempunyai kemampuan terbaik yang
dipersembahkan untuk murid-muridnya. Sebenarnya, persoalan ini tidak lepas dari
paradigma profesi. Dalam arti, mengajar sebagai mata pencarian. Sehingga,
kesibukan utama guru adalah mencari nafkah keluarga. Lepas dari masih rendahnya
gaji guru, namun kesibukan mencari nafkah tidak bias menjadi alasan malas
belajar dan membaca.
Menjadi guru yang ideal dan inovatif
adalah sebuah tuntutan yang tidak bias dielakkan. Masa depan bangsa ini
ditentukan oleh kader-kader muda bangsa, sedangakan penanggung jawab utama masa
depan kader-kader muda tersebut berada di pundak guru, karena gurulah yang
langsung berinteraksi dengan mereka dalam membentuk kepribadian, memberikan
pemahaman, menerbangkan imajinasi dan cita-cita, membangkitkan semangat, dan
menggerakkan kekuatan mereka.
Dari gurulah, siswa-siswi membayangkan
masa depannya, mencanangkan sebuah impian hidupnya, dan melihat jauh ke
angkasa, terbang setinggi langit laksana anak panah yang lepas dari busurnya.
Jika busurnya (guru) mempunyai kekuatan besar dan visi yang jauh ke depan, maka
anak akan melesat jauh ke depan. Namun jika busurnya lemah dan tidak visioner,
maka anak panah hanya melesat lemah, bahkan gagal melesat karena hilangnya
kekuatan. Agar menjadi guru ideal dan inovatif yang mampu melesatkan anak panah
dengan kekuatan penuh ke angkasa, maka hal-hal di bawah ini bisa menjadi acuan:
1.      Menguasai materi pelajaran secara
mendalam
Menguasai
materi pelajaran adalah syarat utama menjadi guru yang ideal. Dengan menguasai
materi, kepercayaan diri terbangun dengan baik, tidak ada rasa was-was, dan
bimbang terhadap pertanyaan murid. Dalam konteks ini, sudah seharusnya guru
mengajar materi sesuai dengan keahliannya sebagaimana pepatah “the right man on
the right place”, manusia yang benar ada di tempat yang benar. Artinya, guru
yang ideal adalah guru yang mengajar materi pelajaran yang menjadi bidang,
bakat, dan spesialisasinya. Kalau orang ahli bahasa Arab mengajar bahasa
Indonesia atau sebaliknya, maka hasil yang didapatkan tidak baik, siswa-siswi
merasa tidak puas, dan kualitas anak didik yang dihasilkan sangat rendah.
Seorang
guru harus rajin mendalami materi yang diajarkan, tidak hanya mengandalkan
modal awal yang dipunyai. Tantangan dunia global yang semakin dinamis,
kompetitif, dan akseleratif menuntut seorang guru menyesuaikan diri dengan
pembaharuan-pembaharuan yang ada, meningkatkan pendalaman materinya, dan mampu
membuat teori-teori baru yang progresif.
2.      Mempunyai wawasan luas
Perubahan-perubahan
yang terjadi setiap saat akibat revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi berjalan dalam hitungan detik. Guru diharuskan mengikuti informasi
ini, sehingga cakrawala pemikirannya menjadi luas, mendunia, dan up to date.
Siswa akan bangga mempunyai guru, yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
luas, cakrawala pemikiran yang mendalam, dan hal-hal baru yang segar.
Selalu ada hal baru
ynag disampaikan seorang guru akan menjadi salah satu daya tarik murid yang
bias menggugah semangatnya mengikuti pelajaran guru. Tanggung jawab
menyukseskan generasi bangsa yang menjadi pemimpin masa depan. Menyiasati
kesibukan kerja dengan mencari waktu celah untuk meningkatkan wawasan adalah
sebuah perjuangan.
3.      Komunikatif
Guru
yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya lebih diterima anak
didiknya daripada guru yang egois, yang datang hanya untuk menerangkan
pelajaran, setelah itu pulang. Ia tidak mau peduli persoalan anak didiknya.
Yang penting ia datang, mengajar sampai batas waktu yang ditentukan kemudian
selesai. Di sinilah pentingnya guru berkomunikasi dengan anak didiknya, menyapa
anak didik, menanyakan bagaimana kondisinya, capek, lemas, atau tetap semangat.
4.      Dialogis
Tugas
guru tidak hanya mengajar, tapi juga menggali potensi terbesar anak didiknya.
Tugas ini sulit terlaksana kalau dalam mengajar, seorang guru hanya
mengandalkan metode ceramah, sekedar memberikan materi tanpa ada ruang
dialog.Pikiran murid ini tidak akan berkembang, dan semangat mengembangkan
materi menjadi lemah. Oleh karena itu, dalam metode dialog interaktif ini, guru
tidak boleh merasa paling benar, paling pintar, dan paling tahu segala masalah.
Kalau guru mampu menerapkan aspek kesetaraan, yang emas tetap emas, walau
datang dari murid.
5.      Menggabungkan teori dan praktik
Anak
didik akan mudah jenuh kalau hanya dijejali dengan teori tanpa ada praktik.
Praktik sangat diperlukan sebagai media menurunkan, mengendapkan, dan
melekatkan pemahaman materi pada otak anak didik.
6.      Bertahap
Belajar
ilmu adalah setahap demi setahap, dari satu, dua, dan seterusnya. Bertahap ini
meniscahyakan pentingnya materi yang disampaikan harus urut, tidak
meloncat-loncat. Dalam konteks ini ketika mengajar seorang guru harus arif dan
bijaksana. Jangan memberikan semua pengalaman dan ilmu kepada anak didik dalam
satu kesempatan. Berilah sedikit demi sedikit agar anak didik bisa menerimanya
dengan baik. Sebab, jika diberikan sekaligus akan mudah hilang.
7.      Mempunyai variasi pendekatan
Dalam
proses belajar mengajar seorang guru harus mempelajari banyak pendekatan
pengajaran. Dengan menguasai pendekatan yang banyak, proses belajar mengajar
dapat belajar secara variatif, tidak monoton dan selalu segar.
8.      Tidak memalingkan materi pelajaran
Dalam
mengajar, seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu arah, satu target
dan satu tujuan yang dicanangkan, sehingga hasilnya bisa maksimal. Oleh sebab
itu, seorang guru harus membuat rencana pembelajaran, target pembelajaran, dan
evaluasi pembelajaran. Hal-hal tersebut bisa digunakan sebagai ukuran dan
pengingat kelalaian yang bisa dtang sewaktu-waktu secara tidak terduga.
9.      Tidak terlalu menekan dan memaksa
Seorang
guru harus berusaha untuk mengajar secara alami, tidak terlalu menekan dan
memaksa murid. Kalau memaksa dan menekan murid efeknya tidak positif bagi
perkembangan psikologisnya. Guru harus bisa menyelami psikologi anak didik, memberikan
materi secara mengalir, seperti falsafah air yang mengalir secara pelan, mampu
menerobos hal-hal sulit dan merobohkan hal-hal besar dengan ketekunan,
kerajinan, dan kesungguhan.
10.  Humoris tapi serius
Salah
satu ciri guru ideal adalah berwatak dinamis, kompetitif, tapi juga humoris.
Ditengah kepenatan pikiran, keletihan fisik, dan kebosanan berfikir, humor
sangat diperlukan. Dengan selera humor yang tinggi, seorang guru bisa memecah
suasana yang menjenuhkan, menghilangkan kepenatan dan menyegarkan pikiran anak
didik. Walaupun begitu, dalam humor ini, guru tidak boleh berlebih-lebihan
apalagi sampai mengganggu konsentrasi lingkungan belajar disekitarnya.
D.    Kesimpulan
1.      Hakikat guru adalah suatu profesi yang
berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Tanggung jawab
darin seorang pendidik diantaranya bertanggung moral, bertanggung jawab dalam
bidang pendidikan, tanggung jawab kemasyarakatan, serta bertanggung jawab dalam
bidang keilmuan.
2.      Peran guru dalam proses belajar mengajar
diantaranya sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator, dan
evaluator.
3.      Langkah menjadi guru ideal dan inovatif
diantaranya : menguasai materi pelajaran secara mendalam, mempunyai wawasan
luas, komunikatif, dialogis, menggabungkan teori dan praktik, bertahap,
mempunyai variasi pendekatan, tidak memalingkan materi pelajaran, tidak terlalu
menekan dan memaksa, humoris tapi serius.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Ghazali,
Abu Muhammad, Ihya’ Ulumuddin Terjemah, Ismail Ya’qub, Semarang :
Faizan, 2009
Athiyah Al- Abrasyi,
Moh, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 2003
Kunandar, Guru
Profesional
, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2011.
Ma’mur
Asmani, Jamal,  Tips Menjadi Guru
Inspiratif, Kreatif dan Inovatif
, DIVA Press, Jogjakarta,2010
Ramayulis. Metodologi
Pembelajaran Agama Islam
. Jakarta. Kalam Mulia. 2005.
Uzer
Usman, Moh,  Menjadi Guru Profesional,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011



[1] Kunandar, Guru
Profesional
, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2011.Halm. 54
[2] Ramayulis. Metodologi
Pembelajaran Agama Islam
. Jakarta. Kalam Mulia. 2005. Halm. 19
[3] Jamal Ma’mur Asmani, Tips
Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif
, DIVA Press, Jogjakarta,2010,
hlm. 17-20
[4] Abu Muhammad
Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Terj, Ismail Ya’qub, Semarang : Faizan,
2009, halm 34
[5] Moh. Athiyah Al-
Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang,
2003, halm 150-151
[6] Moh. Uzer Usman, Menjadi
Guru Profesional,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, halm. 9
[7] Ibid, halm. 10
[8] Ibid, halm. 11
[9] Jamal Ma’mur Asmani,
Op.Cit, halm. 41
[10] Moh. Uzer Usman,
Op.Cit
, halm. 11-12
Rate this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *