Makalah ” Implementasi conditioning operat dalam proses belajar mengajar ”

Posted on
A.     
LATAR
BELAKANG MASALAH
Teori belajar merupakan landasan terjadinya
suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori
belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di
dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori
belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak telah ditemukan teori belajar yang
pada dasarnya menitikberatkan ketercapaian perubahan tingkah laku setelah
proses pembelajaran.

Teori belajar merupakan suatu ilmu
pengetahuan tentang pengkondisian situasi belajar dalam usaha pencapaian
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Teori belajar yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme dan teori belajar
pemrosesan informasi. Teori belajar konstruktivisme adalah Teori yang
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan lama itu tidak lagi sesuai. Teori belajar pemrosesan
informasi merupakan teori yang menitikberatkan tentang bagaimana informasi yang
didapat tersebut dapat diolah oleh siswa dengan pemahamannya sendiri.
Pemanfaatan lingkungan sebebas-bebasnya untuk pencapaian tujuan belajar
haruslah diberikan pada siswa, sehingga kreatifitas siswa lebih tampak.
Maka untuk
mewujudkan makna asli belajar tersebut perlu adanya sebuah metode yang cocok
dan dapat diterima oleh pelajar dari seorang pengajar. Salah satunya yaitu
dengan adanya classical conditioning. Teori ini akan cukup membantu para
pengajar dalam mengaplikasikan pelajaran yang akan disampaikan dengan cara
pemberian stimulus dan penerimaan respon yang baik.

B.     
RUMUSAN
MASALAH
2.      
Bagaimana
konsep conditioning operant ?
3.      
Bagaimana
Implementasi conditioning operat dalam proses belajar mengajar ?
C.     
PEMBAHASAN
1.     
Pengertian Conditioning Operant
Mula-mula
teori ini dipelopori oleh Ivan Pavlov (1927), kemudian dikembangkan oleh
Watson(1970). Percobaan yang dilakukan Pavlov terhadap anjingnya menggambarkan
bahwa belajar dilakukan dengan mengasosiasikan suatu ganjaran (Reward)
dengan rangsangan (stimulus) yang mendahului ganjaran itu. Perangsang bersyaratdan
tidak bersyarat merupakan pengkondisian dalam proses pembentukan perilaku.
Watson mengembangkan teori ini melalui percobaan tentang gejala takut pada
anak, dengan menggunakan tikus putih. Menurut teori ini belajar adalah suatu
proses yang disebabkan oleh adanya syarat tertentu yaitu berupa rangsangan.
Pengkondisian dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi terhadap
perangsang menimbulkan prosas belajar.
Skinner
mengembangkan teori conditioning operant melalui percobaan terhadap
burung dan kotak yang dilengkapi pengungkit. Apabila pengungkit itu terkena
tekanan maka ia dapat mengeluarkan makanan. Ada dua macam respon dalam hal ini,
yaitu yang timbul dari perangsang tertentu, seperti makanan yang menimbulkan
keluarnya air liur dan operant-operant yang timbul dan berkembang karena
perangsang tertentu itu diikuti oleh perangsang lainnya. Perilaku yang
terbentuk karena operant response disebut operant behavior.[1]
Teori
conditioning operant dari Skinner dari penganut Behaviorisme yang
dianggap controversial, dengan teori pembiasaan perilaku responnya, merupakan
teori belajar yang paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan
psikologi belajar masa kini, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai
hubungan antara perangsang dan respon.[2]
Kata
operant berasal dari bahasa inggris yang dapat diartikan sebagai
sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek terhadap lingkingan yang dekat.
Sedangkan kata conditioning, dapat diartikan sebagai sebuah keadaan yang
berkaitan dengan waktu dan tempat.
      Dalam
kamus psikologi disebut bahwa Operant ialah setiap respon yang bersifat
instrumental dalam menimbulkan akibat-akibat tertentu, seperti hadiah makanan
atau satu kejutan listrik. Respon tersebut beroperasi ke dalam lingkungan,
sementara Conditioning menpunyai arti mempelajari respon tertentu ( Kartini
Kartono dan dali Gulo, 1987:84 dalam Riyanto 2005:24). Di bawah ini merupakan
beberapa definisi dari Operant Conditioning:
a.       Suatu
tipe (instrumental) conditioning yang melibatkan modifikasi operant
respon melalui pemberian hadiah. Dengan cara tertentu, suatu respon yang
dipancarkan oleh organisme terjadi diperkuat sesuai dengan urutan waktunya, dan
perubahan – perubahan yang ditimbulkannya dipelajari sebagai alat penguat
respon yang biasa digunakan.
b.       Suatu tipe belajar dengan mempelajari konsekuensi atau
akibat dari tingkah laku kita di dalam lingkungan, perilaku-perilaku mana saja
yang mendorong kita untuk menghindari akibat-akibat penguatan negatif “tidak
menyenangkan”.
c.        Suatu tipe pengkondisian
instrumental yang mencakup memodifikasi / perubahan dari suatu operant, suatu
operant yang dipancarkan oleh suatu organisme kemudian diperkuat dengan
cara-cara tertentu sesuai jadwal tertantu dengan menghasilkan perubahan dalam
kecepatan kejadianya. (Kartini Kartono dan Dali 
Gulo,1987:320 dalam Riyanto, 2005:25)
d.     
Operant conditioning merupakan pembelajaran dimana
konsekuensi perilaku mengarah perubahan dalam probabilitas terjadinya perilaku.[3]
Jadi conditioning operant merupakan
pembelajaran dimana konsekuensi prilaku mengarah perubahan dalam probabilitas
terjadinya prilaku. Atau bisa juga diartikan suatu keadaan atau lingkungan yang
dapat memberikan efek kepada orang yang berada disekitarnya.[4]
2.     
Konsep Conditioning Operant
                  Manusia pertama kali dalam keadaan
pasif, seperi halnya kertas kosong, manusia dilahirkan dalam keadaan suci belum
mengerti apa-apa. Manusia baru mengenal suatu pengetahuan apabila ia sudah
mampu menggunakan akalnya dengan maksimal. Suatu  perubahan perilaku manusia banyak dipengaruhi
oleh faktor pengalaman hidupnya, menurut aliran teori empiristik yang tokohnya
bernama Jhon Locke. Jadi manusia dalam merubah perilakunyabanyak dipengaruhioleh
faktor pengalaman. Teori ini berkembang menjadi teori Behavioristik yang mana
perilaku manusia dapat berkembang ada stimulus atau respon. Menurut teori ini
belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut psikologi behavioristik
adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Beberapa ilmuan
yang termasuk pendiri sekaligus penganut behavioristik antara lain Thorndike,
Watson, Hull, Guthrie dan Skinner .
                  Operant
Conditioning

merupakan teori yang dikembangkan oleh Skinner. Skinner mengembangkan teori conditioning
dengan mengunakan tikus sebagai percobaan. Menurutnya,suatu respon sesungguhnya
juga menghasilkan sejumlah konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi tingkah
laku manusia. Untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas menurut Skinner
perlu memahami hubungan antara stimulus dengan stimulus yang lainnya, memahami
respon itu sendiri dan berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa mengunakan perubahan – perubahan
mental sabagai alat untuk menjelaskan segala sesuatunya menjadi lebih rumit,
sebab alat itu akhirnya juga dijelaskan lagi. Ini nantinya akan lebih jelas apabila
akan mempelajari teori kognitivisme.
                  Teori
Skinner dikenal dengan “Operant Conditioning” dengan empat konsepnya antara
lain:
Ø  Shapping yaitu proses pembentukan
perilaku yang makin mendekati perilaku yang diharapkan.
Ø  Pendekatan suksesif yaitu proses
pembentukan perilaku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat,hingga
respon pun sesuai dengan yang diisyaratkan.
Ø  Exitinction yaitu proses penghentian
kegiatan sebagai akibat dari ditiadakanya penguatan.
Ø  Chaining of response yaitu respon
dan stimulus yang bekaitan satu sama lain.
Dalam sebuah buku dituliskan bahwa,
menurut skinner, pengkondisian operant terdiri dari dua konsep utama, yaitu :
1.      Penguatan
(reinforcement)
Adalah konsekuensi yang meningkatkan
probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Skinner membagi penguatan menjadi
dua bagian:
1)      Penguatan
positif adalah penyajian stimylus yang meningkatkan probabilitas suatu respon.
2)      Penguatan
negative
Adalah penguatan berdasarkan prinsip
bahwa frekuensi response meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus
yang merugikan(tidak menyenangkan)
            Suatu
cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negative
adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh.
Dalam penuatan negative ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan.[5]
2.      Hukuman
(Punishment)
Punishment terjadi ketika suatu
respon menghilangkan sesuatu yang positif dan atau menambah sesuatu yang
negative.
      Skinner
lebih percaya pada “penguatan negatif” (negatif reinforcement), yang tidak sama
dengan hukuman. Bedanya dengan hukuman adalah, bila hukuman harus diberikan
(sebagai stimulus) agar respons yang timbul berbeda dengan yang diberikan
sebelumnya, sedangkan penguatan negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar
respons yang sam menjadi kuat. Misalnya seorang siswa perlu dihukum untuk suatu
kesalahan dan dilakukan pengurangan terhadap suatu yang mengenakkan baginya
(bukan malah ditambah), maka pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki
kesalahannya. Inilah yang disebut dengan “Penguatan Negatif”.[6]
3.       Implementasi
Conditioning Operant Dalam Proses Belajar Mengajar
        Implementasi teori belajar operant
dalam proses belajar mengajar adalah bahwa seorang  guru dapat membentuk, mengembangkan, dan
mengontrol tingkah laku / perilaku siswa menuju ke arah yang lebih positif
sesuai harapan yang diinginkannya melalui reinforcement, baik yang
berupa reward maupun punishment. Reward akan menunjukkan apa yang mesti
dilakukan oleh murid, sedangkan punishment menunjukkan apa yang tidak boleh
dilakukan murid.[7]
D.     
KESIMPULAN

[1] Adri Efferi, Materi Dan Pembelajaran Qur’an Hadis MTs-MA,
kudus: Buku Daros. 2009. Hlm. 145
[2] Djaali, psikologi pendidikan, Jakarta: bumi aksara. 2011.
Hal 88
[3] Tholeagungsubaggiyo.blogspot.com/2012/05/makalah-operant-conditioning.html
[4] Dalyono, psikologi pendidikan, Jakarta; PT. Rieneka cipta. Hlm 33
[5] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rieneka Cipta,
1998. Hlm. 125
[6] Tholeagungsubaggiyo.blogspot.com/2012/05/makalah-operant-conditioning.html
[7] Psikologi-artikel.blogspot.com/2009/11/operant-conditioning.html
Rate this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *