Pokok-Pokok Pembahasan Filsafat Pendidikan Islam
A.PENDAHULUAN
Ruang lingkup
filsafat pendidikan islam mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan islam
telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya
beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian
tentang filsafat pendidikan islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau
filsafat pendidikan islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang
kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa
mempelajari filsafat pendidikan islam memasuki area pemikiran yang mendasar,
sistematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak
hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama saja, melainkan menurut kita
untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Artinya
persoalan-persoalan yang difikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan
mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tigkat kenyataan yang ada di alam
ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik di masa sekarang maupun di masa
mendatang. [1]
filsafat pendidikan islam mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan islam
telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya
beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian
tentang filsafat pendidikan islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau
filsafat pendidikan islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang
kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa
mempelajari filsafat pendidikan islam memasuki area pemikiran yang mendasar,
sistematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak
hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama saja, melainkan menurut kita
untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Artinya
persoalan-persoalan yang difikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan
mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tigkat kenyataan yang ada di alam
ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik di masa sekarang maupun di masa
mendatang. [1]
pada dasarnya
ruang lingkup kajian Filsafat Pendidikan Islam bertumpu pada pendidikan Islam
itu sendiri, baik menyangkut rumusan atau konsep dasar pelaksanaan maupun
rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika yang dihadapi dalam
pelaksanaan pendidikan Islam. Secara garis besar ruang lingkup Filsafat
Pendidikan Islam mencakup kajian dan pembahasan mengenai, dasar dan tujuan,
pendidikan, pesesrta didik, proses, strategi, pendekatan dan metode, kurikulum,
lingkungan, sumber dan media, sistem evaluasi, sarana dan prasarana pendidikan
Islam.
ruang lingkup kajian Filsafat Pendidikan Islam bertumpu pada pendidikan Islam
itu sendiri, baik menyangkut rumusan atau konsep dasar pelaksanaan maupun
rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika yang dihadapi dalam
pelaksanaan pendidikan Islam. Secara garis besar ruang lingkup Filsafat
Pendidikan Islam mencakup kajian dan pembahasan mengenai, dasar dan tujuan,
pendidikan, pesesrta didik, proses, strategi, pendekatan dan metode, kurikulum,
lingkungan, sumber dan media, sistem evaluasi, sarana dan prasarana pendidikan
Islam.
B. PEMBAHASAN
Pokok-pokok
bahasan dalam kajian filsafat
pendidikan islam yang dikehendaki menurut al-Syaibany adalah merupakan
pemikiran yang Islami mengenai pendidikan, bersifat mendalam, sistematis, dan
universal yang dituangkan ke dalam suatu bentuk pemikiran atau konsep. Untuk
mengetahui pokok-pokok bahasan filsafat pendidikan islam sebelumnya akan lebih
baik jika dimulai dari memahami makna Islam yang yang melekat dalam filsafat
pendidikan islam, sebagai bahan pengantar pada permasalahan ini.
bahasan dalam kajian filsafat
pendidikan islam yang dikehendaki menurut al-Syaibany adalah merupakan
pemikiran yang Islami mengenai pendidikan, bersifat mendalam, sistematis, dan
universal yang dituangkan ke dalam suatu bentuk pemikiran atau konsep. Untuk
mengetahui pokok-pokok bahasan filsafat pendidikan islam sebelumnya akan lebih
baik jika dimulai dari memahami makna Islam yang yang melekat dalam filsafat
pendidikan islam, sebagai bahan pengantar pada permasalahan ini.
Ruang lingkup
filsafat pendidikan islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode
dan lingkungan.pemikiran yang melatarbelakangi disebut filsafat pendidikan
islam. Karena itu didalam mengkaji filsfat pendidikan islam seseorang akan di
ajak memahami konsep tujuan pendidikan, konsep guru yang baik, konsep
kurikulum, dan seterusnya yang dilakukan secara mendalam, sistematik, logis,
radikal, dan universal berdasarkan tuntutan ajaran islam, khususnya al-Qur’an
dan Hadits.[2]
filsafat pendidikan islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode
dan lingkungan.pemikiran yang melatarbelakangi disebut filsafat pendidikan
islam. Karena itu didalam mengkaji filsfat pendidikan islam seseorang akan di
ajak memahami konsep tujuan pendidikan, konsep guru yang baik, konsep
kurikulum, dan seterusnya yang dilakukan secara mendalam, sistematik, logis,
radikal, dan universal berdasarkan tuntutan ajaran islam, khususnya al-Qur’an
dan Hadits.[2]
Ø Filsafat
pendidikan yang bernuansa islam
pendidikan yang bernuansa islam
Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu aktifitas
befikir menyeluruh dan mendalam dalam rangka merumuskan konsep,
menyelenggarakan atau mengatasi berbagai problem Pendidikan Islam dengan
mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.[3] Al-qur’an sebagai sumber filsafat islam, banyak sekali mengandung
ayat yang mendorong penggunaan akal (ra’yu), bertafakkur dan perintah
mengadakan penelitian. Hal ini mencerminkan bahwa secara normatif ajaran islam
telah menyerukan berfikir filosofis. Namun demikian, bukanlah berarti filsafat islam
islam dan atau filsafat pendidikan islam itu memiliki eksistensi
yang benar-benar menyendiri dari kawasan sistem kefilsafatan yang ada di dunia
ini.[4]
befikir menyeluruh dan mendalam dalam rangka merumuskan konsep,
menyelenggarakan atau mengatasi berbagai problem Pendidikan Islam dengan
mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.[3] Al-qur’an sebagai sumber filsafat islam, banyak sekali mengandung
ayat yang mendorong penggunaan akal (ra’yu), bertafakkur dan perintah
mengadakan penelitian. Hal ini mencerminkan bahwa secara normatif ajaran islam
telah menyerukan berfikir filosofis. Namun demikian, bukanlah berarti filsafat islam
islam dan atau filsafat pendidikan islam itu memiliki eksistensi
yang benar-benar menyendiri dari kawasan sistem kefilsafatan yang ada di dunia
ini.[4]
Kenyataan
historis tersebut di atas berimplikasi pada terciptanya watak keterbukaan
filsafat pendidikan islam terhadap berbagai pemikiran kefilsafatan dalam dunia
pendidikan pada umumnya. Sehingga dapat diketahui bahwa yang menjadi objek
kajian filsafat pendidikan pada umumnya menjadi objek pula bagi filsafat
filsafat pendidikan islam baik secara material maupun formal.[5]
historis tersebut di atas berimplikasi pada terciptanya watak keterbukaan
filsafat pendidikan islam terhadap berbagai pemikiran kefilsafatan dalam dunia
pendidikan pada umumnya. Sehingga dapat diketahui bahwa yang menjadi objek
kajian filsafat pendidikan pada umumnya menjadi objek pula bagi filsafat
filsafat pendidikan islam baik secara material maupun formal.[5]
Pokok-pokok
bahasan dalam filsafat pendidikan islam secara garis besar dapat dikelompokkan
kepada dua, yaitu berdimensi makro dan mikro.
bahasan dalam filsafat pendidikan islam secara garis besar dapat dikelompokkan
kepada dua, yaitu berdimensi makro dan mikro.
Ø Dimensi makro
ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan islam
ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan islam
Pokok-pokok
bahasan dalam filsafat pendidikan islam berdimensi Makro meliputi tiga
persoalan besar kefilsafatan, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Filsafat
pendidikan islam tentu saja harus memberikan perhatian besar terhadap dimensi
makro ruang lingkupnya. Karena dari situlah ditentukan sikap mendasar yang
bertitik tolak dari pandangan islam.
bahasan dalam filsafat pendidikan islam berdimensi Makro meliputi tiga
persoalan besar kefilsafatan, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Filsafat
pendidikan islam tentu saja harus memberikan perhatian besar terhadap dimensi
makro ruang lingkupnya. Karena dari situlah ditentukan sikap mendasar yang
bertitik tolak dari pandangan islam.
Secara
ontologis, pendidikan islam adalah hakikat dari kehidupan manusia sebagai
makhluk yang berakal dan berfikir. Jika manusia bukan makhluk yang berfikir,
tidak ada pendidikan,. selanjutnya, pendidikan sebagai usaha pengembangan diri
manusia dijadikan alat untuk mendidik selain manusia, tidak terkecuali
diterapkan pada binatang.[6]
ontologis, pendidikan islam adalah hakikat dari kehidupan manusia sebagai
makhluk yang berakal dan berfikir. Jika manusia bukan makhluk yang berfikir,
tidak ada pendidikan,. selanjutnya, pendidikan sebagai usaha pengembangan diri
manusia dijadikan alat untuk mendidik selain manusia, tidak terkecuali
diterapkan pada binatang.[6]
Sedangkan
menurut Al-Syaibani (1979:57-86) dalam membahas persoalan ontologi mengemukakan
prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan islam terhadap alam semesta,
yaitu:
menurut Al-Syaibani (1979:57-86) dalam membahas persoalan ontologi mengemukakan
prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan islam terhadap alam semesta,
yaitu:
1.
Percaya bahwa pendidikan manusia, tingkah laku, dan akhlaknya tidak
hanya terpengaruh oleh lingkungan sosial tetapi juga lingkungan fisikal(elemen-elemen
alam semesta lain).
Percaya bahwa pendidikan manusia, tingkah laku, dan akhlaknya tidak
hanya terpengaruh oleh lingkungan sosial tetapi juga lingkungan fisikal(elemen-elemen
alam semesta lain).
2.
Setiap wujud kealaman adalah yang selain Allah, yang memiliki dua
aspek, yaitu materi dan ruh.
Setiap wujud kealaman adalah yang selain Allah, yang memiliki dua
aspek, yaitu materi dan ruh.
3.
Keteraturan gerak alam merupakan bukti bahwa alam ditata dalam satu
tatanan yang tunggal sebagai sunnatullah.
Keteraturan gerak alam merupakan bukti bahwa alam ditata dalam satu
tatanan yang tunggal sebagai sunnatullah.
4.
Alam merupakan sarana bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan
dirinya.
Alam merupakan sarana bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan
dirinya.
5.
Percaya bahwa alam bersifat baru (bukan qadim; dahulu).
Percaya bahwa alam bersifat baru (bukan qadim; dahulu).
6.
Akhirnya wajib diimani bahwa ada pencipta yang agung dari alam
semesta ini, yaitu Allah SWT, maha esa dan tunggal dalam penciptaan, sempurna
dan bersi dari segala kekurangan.[7]
Akhirnya wajib diimani bahwa ada pencipta yang agung dari alam
semesta ini, yaitu Allah SWT, maha esa dan tunggal dalam penciptaan, sempurna
dan bersi dari segala kekurangan.[7]
Epistemologi
pendidikan islam adalah sumber-sumber pendidikan islam, sebagaimana telah
ditegaskan bahwa al-Qur’an sebagai segala sumber hukum dalam ajaran islam.[8] Pada
persoalan epistemologi, al-Syailaby mengemukakan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
pendidikan islam adalah sumber-sumber pendidikan islam, sebagaimana telah
ditegaskan bahwa al-Qur’an sebagai segala sumber hukum dalam ajaran islam.[8] Pada
persoalan epistemologi, al-Syailaby mengemukakan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1.
Pengetahuan adalah merupakan alat kemajuan bagi
individu dan masyarakat.
Pengetahuan adalah merupakan alat kemajuan bagi
individu dan masyarakat.
2.
Pengetahuan terbentuk berdasarkan kemampuan nalar manusia dengan
bantuan penginderaan.
Pengetahuan terbentuk berdasarkan kemampuan nalar manusia dengan
bantuan penginderaan.
3.
Pengetahuan yang paling utama adalah pengetahuan yang berhubungan
dengan Allah, perbuatan dan makhluk-Nya.
Pengetahuan yang paling utama adalah pengetahuan yang berhubungan
dengan Allah, perbuatan dan makhluk-Nya.
4.
Pengetahuan yang hakiki adalah pengetahuan yang didasari oleh
kaidah karena dapat memberikan ketentraman batin.
Pengetahuan yang hakiki adalah pengetahuan yang didasari oleh
kaidah karena dapat memberikan ketentraman batin.
5.
Mengimami bahwa pengetahuan hakiki adalah dimana terdapat keyakinan
yang tegas dan rendah hati terhadap keagungan dan kekuasaan ilmu Allah SWT.[9]
Mengimami bahwa pengetahuan hakiki adalah dimana terdapat keyakinan
yang tegas dan rendah hati terhadap keagungan dan kekuasaan ilmu Allah SWT.[9]
Adapun
prinsip-prinsip yang perlu ditegaskan mengenai aksiologi adalah
merupakan patokan-patokan nilai-nilai etika dalam islam yang kemudian dikenal
dengan akhlak, yaitu:
prinsip-prinsip yang perlu ditegaskan mengenai aksiologi adalah
merupakan patokan-patokan nilai-nilai etika dalam islam yang kemudian dikenal
dengan akhlak, yaitu:
1.
Akhlak merupakan kebiasaan yang baik
Akhlak merupakan kebiasaan yang baik
2.
Akhlak dipengaruhi oleh faktor waktu, tempat, kondisi masyarakat,
sistim dan cita-cita.
Akhlak dipengaruhi oleh faktor waktu, tempat, kondisi masyarakat,
sistim dan cita-cita.
3.
Akhlak harus sesuai dengan fitrah dan akal sehat manusia.
Akhlak harus sesuai dengan fitrah dan akal sehat manusia.
4.
Akhlak mempunyai tujuan akhir yang sama dengan tujuan akhir ajaran
islam.
Akhlak mempunyai tujuan akhir yang sama dengan tujuan akhir ajaran
islam.
5.
Akhlak merupakan cerminan lahiriyah pengalaman ajaran islam.
Akhlak merupakan cerminan lahiriyah pengalaman ajaran islam.
6.
Akhlak berintikan tanggung jawab terhadap amanat Allah .[10]
Akhlak berintikan tanggung jawab terhadap amanat Allah .[10]
Ø Dimensi mikro
ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan islam
ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan islam
Pokok-pokok
pembahasan dalam filsafat berdimensi mikro, yaitu pemikiran filosofis
kependidikan yang meliputi pendidikan yang menyangkut proses pendidikan dikaitkan
dengan faktor-faktor pendidikan yaitu meliputi pendidik, anak didik, dan
alat-alat pendidikan atau sarana pendidikan.[11]
pembahasan dalam filsafat berdimensi mikro, yaitu pemikiran filosofis
kependidikan yang meliputi pendidikan yang menyangkut proses pendidikan dikaitkan
dengan faktor-faktor pendidikan yaitu meliputi pendidik, anak didik, dan
alat-alat pendidikan atau sarana pendidikan.[11]
Yang dimahsud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan,
tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik ketika
menghadapi dan mengasuh anak didik. Pendidik adalah pelaku utama dalam
memengaruhi anak didik dengan materi-materi pembelajaran sehingga citra
pendidikan, salah satunya, ditentukan oleh pendidik.
tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik ketika
menghadapi dan mengasuh anak didik. Pendidik adalah pelaku utama dalam
memengaruhi anak didik dengan materi-materi pembelajaran sehingga citra
pendidikan, salah satunya, ditentukan oleh pendidik.
Dalam filsafat pendidikan Islam, anak didik adalah objek para
pendidik. Anak didik dilihat dari beberapa segi, yaitu dilihat dari usia anak
didik, minat dan bakat, latar belakang kehidupan dan lingkungan keluarga, dan
kondisi psikologinya. Kondisi-kondisi yang terdapat pada anak didik akan
dijadikan barometer awal untuk menentukan proses pembelajaran, terutama
berkaitan dengan pengembangan pendidikan ke arah yang lebih aplikatif.[12]
pendidik. Anak didik dilihat dari beberapa segi, yaitu dilihat dari usia anak
didik, minat dan bakat, latar belakang kehidupan dan lingkungan keluarga, dan
kondisi psikologinya. Kondisi-kondisi yang terdapat pada anak didik akan
dijadikan barometer awal untuk menentukan proses pembelajaran, terutama
berkaitan dengan pengembangan pendidikan ke arah yang lebih aplikatif.[12]
Hasan
Langgulung mengemukakan prinsip-prinsip pendidikan yang patut menjadi dasar
pendidikan yaitu:
Langgulung mengemukakan prinsip-prinsip pendidikan yang patut menjadi dasar
pendidikan yaitu:
1.
Pendidikan islam merupakan usaha pengembangan seluruh aspek pribadi
untuk menata hidupnya sehingga berguna bagi masyarakat.
Pendidikan islam merupakan usaha pengembangan seluruh aspek pribadi
untuk menata hidupnya sehingga berguna bagi masyarakat.
2.
Islam mengenai konsep pendidikan seumur hidup.
Islam mengenai konsep pendidikan seumur hidup.
3.
Pendidikan islam dalam pengertiannya yang luas harus berinteraksi
dengan konsep-konsep ilmu pengetahuan lainnya yang terkait seperti pengetahuan
sosial, ekonomi dan budaya, sehingga merupakan jalinan kerja sama yang
komplementer.
Pendidikan islam dalam pengertiannya yang luas harus berinteraksi
dengan konsep-konsep ilmu pengetahuan lainnya yang terkait seperti pengetahuan
sosial, ekonomi dan budaya, sehingga merupakan jalinan kerja sama yang
komplementer.
4.
Pendidikan islam bukanlah sekedar plajaran agama islam, melainkan
meliputi keutuhan pengalaman yang menghendaki segala sesuatu disekolah, dengan
dipadu oleh spirit islam.
Pendidikan islam bukanlah sekedar plajaran agama islam, melainkan
meliputi keutuhan pengalaman yang menghendaki segala sesuatu disekolah, dengan
dipadu oleh spirit islam.
Dari penjabaran
ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan islam baik yang berdimensi makro
maupun mikro diharapkan memberi pengaruh yang kuat terhadap terhadap dasar
pandangan filsafat pendidikan islam itu sendiri sehingga filsafat pendidikan
islam dapat dibedakan dengan filsafat pendidikan lainnya.
ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan islam baik yang berdimensi makro
maupun mikro diharapkan memberi pengaruh yang kuat terhadap terhadap dasar
pandangan filsafat pendidikan islam itu sendiri sehingga filsafat pendidikan
islam dapat dibedakan dengan filsafat pendidikan lainnya.
Dan selanjutnya dapat dirasakan keberfungsiannya sebagai landasan
bagi pelaksanaan sistem pendidikan islam yang kedalamannya mencankup tujuan
yang dicapai, materi yang akan diberikan metode yang digunakan , cara-cara
penilaian, pengaministrasian, dan faktor-faktor lain yang menyangkut
masalah-masalah pendidikan. jadi filsafat pendidikan islam sebagai sebuah
disiplin keilmuan dalam kawasan ilmu pendidikan islam mengenai pendidikan.
identitas islam yang bernuansa tauhid itu tidaklah eksklusif, melainkan bersifat
fleksibel dan terbuka. Kedua sifat ini hendaknya dipertahankan untuk secara
selektif membuka diri terhadap perkembangan-perkembangan baru (mutakhir) dalam
filsafat pendidikan umum.
bagi pelaksanaan sistem pendidikan islam yang kedalamannya mencankup tujuan
yang dicapai, materi yang akan diberikan metode yang digunakan , cara-cara
penilaian, pengaministrasian, dan faktor-faktor lain yang menyangkut
masalah-masalah pendidikan. jadi filsafat pendidikan islam sebagai sebuah
disiplin keilmuan dalam kawasan ilmu pendidikan islam mengenai pendidikan.
identitas islam yang bernuansa tauhid itu tidaklah eksklusif, melainkan bersifat
fleksibel dan terbuka. Kedua sifat ini hendaknya dipertahankan untuk secara
selektif membuka diri terhadap perkembangan-perkembangan baru (mutakhir) dalam
filsafat pendidikan umum.
C. PENUTUP
Dari uraian
diatas dapat disimpulakan bahwa pokok-pokok filsafat pendidikan islam secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pokok-pokok bahasan yang
berdimensi makro, meliputi tiga persoalan kefilsafatan yakni ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. yang kedua adalah pokok-pokok bahasan yang berdimensi
mikro, yaitu pemikiran filosofis kependidikan yang menyangkut proses pendidikan
yang meliputi pendidik, anak didik, dan alat-alat pendidikan.
diatas dapat disimpulakan bahwa pokok-pokok filsafat pendidikan islam secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pokok-pokok bahasan yang
berdimensi makro, meliputi tiga persoalan kefilsafatan yakni ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. yang kedua adalah pokok-pokok bahasan yang berdimensi
mikro, yaitu pemikiran filosofis kependidikan yang menyangkut proses pendidikan
yang meliputi pendidik, anak didik, dan alat-alat pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta.
2005.
2005.
Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. CV Pustaka Setia.
Bandung. 2009.
Bandung. 2009.
Efferi, Adri. Filsafat Pendidikan Islam.
Nora Media Enterprise. Kudus. 2011.
Nora Media Enterprise. Kudus. 2011.
Nata, Abudin. Filsafat pendidikan islam. Logos wacana ilmu.
Jakarta. 1997.
Jakarta. 1997.
Syar’I, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Firdaus . Jakarta. 2005.
[1] Muzayyin Arifin. Filsafat Pendidikan Islam.
Bumi Aksara. Jakarta. 2005. Hal 7
Bumi Aksara. Jakarta. 2005. Hal 7
[2] Abudin Nata. Filsafat pendidikan islam. Logos wacana ilmu. Jakarta. 1997.
Hal 16.
Hal 16.
[3] Ahmad Syar’I. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka
Firdaus . Jakarta. 2005. hal.4
Firdaus . Jakarta. 2005. hal.4
[4] Adri Efferi. Filsafat Pendidikan Islam. Nora Media
Enterprise. Kudus. 2011. Hal 32
Enterprise. Kudus. 2011. Hal 32
[5] Ibid. Hal 32-33
[6] Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam. CV Pustaka Setia.
Bandung. 2009. Hal 18
Bandung. 2009. Hal 18
[7] Op. Cit. Adri Efferi. Hal 34
[8] Op. Cit. Hasan Basri. Hal 19
[9]Op. Cit. Adri Efferi. Hal 35-36
[10] Ibid. Hal 36
[11] Op. Cit. Adri Efferi. Hal 38
[12] Op. Cit. Hasan Basri. Hal 16