Makalah Materi dan Pembelajaran al-Qur’an Hadis Mts/MA ” KEBIJAKAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KURIKULUM 2013 ”

Diposting pada
KEBIJAKAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KURIKULUM 2013

Disusun guna Memenuhi Tugas Akhir Semester v
Mata
Kuliah : Materi dan Pembelajaran al-Qur’an Hadis Mts/MA
Dosen
Pengampu : ……………………….





















Disusun
Oleh  :
1…………………………….
2…………………………….
3……………………………..
4……………………………..



 
    
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH / PAI
TAHUN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.   
 Latar Belakang Masalah
Model
pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran
tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh
siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk
keterampilan yang harus dikembangkannya.
Pembelajaran
mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai
konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta
didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan
sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta
didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu
pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya
interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung
dari motivasi pelajar, kreatifitas pengajar dan metode pembelajaran yang
digunakan sesuai berdasarkan konteksnya. Pembelajaran yang memiliki motivasi
tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut,
juga dengan metode yang relevan akan membawa pada keberhasilan pencapaian
target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan
kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.[1]
Mengingat pentingnya relevansi suatu metode
dalam kegiatan belajar mengajar, dan demi menjaga keberlangsungan interaksi
antara pengajar dan peserta didik, dalam makalah ini penulis mencoba untuk
menguraikan metode tematik dalam mengajar agar bisa diaplikasikan dalam
praktisnya sesuai dengan konteks, sehingga setidaknya kita bisa mengetahui
metode tematik dalam pembelajaran, dan kita bisa menentukan mana tema belajar
yang signifikan untuk suatu metode tematik yang berorientasi pada karakteristik
peserta didik itu sendiri, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung
secara interaktif dan optimal.
B.    
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1.     
Bagaimana konsep pengertian dari pembelajaran tematik
2.     
Bagaimana model serta ciri belajar tematik
3.     
Bagaimana implementasi pembelajaran tematik/terpadu
BAB II
PEMBAHASAN
1.     
konsep pengertian dari pembelajaran tematik
                  Pembelajaran tematik atau
dapat juga disebut pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
memadukan/mengaitkan pokok bahasan pada minimal
dua mata pelajaran atau lebih menjadi satu tema yang berkaitan studi untuk
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pada dasarnya pembelajaran tematik
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu
siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah
daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.[2]
                  Pada
pembelajaran tematik cara pertama menuntut kreativitas guru dan sistem
persekolahan yang memiliki otoritas tinggi untuk membuat keputusan sendiri
berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan gagasan inovatif seperti
pembelajaran tematik yang memungkinkan terjadinya perubahan jadwal dan
perubahan target program kelas. Pada pembelajaran terpadu dengan cara kedua ini
memberi peluang pada sistem persekolahan yang masih bersifat sentralistik,
dimana sekolah banyak mengikuti kebijakan yang ditentukan dari pengambil
keputusan diluar sekolah seperti penjadwalan dan target kurikulum.[3]
                  Misalnya,
pada waktu berbelanja di pasar, mereka berhadapan dengan hitung menghitung
(Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar-menawar (bahasa
Indonesia), dan harga yang terkadang naik turun (IPS), serta beberapa materi
pelajaran lainnya. Sebaliknya, materi pelajaran yang tidak saling terkait
merupakan hal yang abstrak bagi anak. Oleh karena itu, pembelajaran tematik
akan dirasakan lebih bermakna bagi diri anak.[4]
Pembelajaran tematik dapat mempermudah anak
dalam membangun gagasan atau pengetahuan baru, karena materi yang disajikan
saling terkait satu sama lain. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna
apabila materi pelajaran yang sudah dipelajari atau dipahami siswa dapat
dimanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran yang terpadu
sangat berpeluang dalam membantu dan memanfaatkan pengetahuan anak yang telah
dimiliki sebelumnya.
Pembelajaran tematik memberikan peluang kepada
anak untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga
ranah sasaran pendidikan ini meliputi (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap
gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memilih, dan memanfaatkan informasi,
menggunakan alat, mengamati, membaca grafik, termasuk juga keterampilan sosial
seperti bekerjasama dan kepemimpinan), dan wawasan kognitif (seperti gagasan
konseptual tentang lingkungan dan alam sekitar).
Pembelajaran tematik memberi peluang kepada
anak untuk membangun sinergi kemampuannya, sehingga tujuan utuh pendidikan
(mandiri, peka, dan bertanggungjawab) dapat dicapai. Kemampuan yang diperoleh
dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari
mata pelajaran lain. Sehingga guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun
rencana pembelajaran. Tidak hanya siswa, guru pun belajar lebih bermakna
terhadap konsep-konsep sulit yang diajarkan. Dengan demikian, pembelajaran
tematik merupakan salah satu wahana ideal untuk mengangkat realita sehari-hari
sebagai tema pengajaran.[5]
2.     
Model-model Pembelajaran Terpadu
      Model pembelajaran tematik terpadu (PTP)
yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai integrated thematic instruction (ITI)
dikembangkan mula-mula di awal tahun 1970-an.  Akhir-akhir ini
Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) dianggap sebagai salah satu model pembelajaran
yang efektif (highly effective teaching model). Keefektifan model pembelajaran
tematik terpadu dapat dilihat dari kemampuannya dalam mewadahi serta menyentuh
secara terpadu ranah-ranah emosi (emotional), fisik (physical), dan akademik
(academic) di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. 
      Secara empirik, Model PTP ini juga
telah dibuktikan mampu dan sukses untuk memicu akselerasi dan menaikkan
kapasitas daya ingat (memori) peserta didik (enhance learning and increase
long-term memory capabilities of learners) untuk jangka waktu yang lebih
panjang. [6]
                        Pembelajaran terpadu menurut Robin Fogarty  (1991)
terdapat  sepuluh model dalam merencanakan pembelajaran terpadu, yaitu :
a. Model Penggalan (Fragmented)
            Model ini ditandai oleh ciri
pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya,dalma mata
pelajaran bahasa Indonesia materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara,
membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan
berbahasa.
b. Model Keterhubungan (Connected)
            Model Connected dilandasi oleh
anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata
pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur,
membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran bahasa
dan sastra.
c. Model Sarang (Nested)
            Model Nested merupakan
pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan
pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan
pembelajaran pada pemahaman bentuk kata, makna kata,dan ungkapan dengan saran
pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berfikir logis,
menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan
menulis puisi.
d. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
            Model Sequenced merupakan
model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara pararel.
Isi  cerita dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara
pararel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan
bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun
topik yang menyangkut perubahan makna kata.
e. Model Bagian (Shared)
            Model Shared merupakan bentuk
pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep  atau ide pada dua
mata pelajaran atau lebih. Buir-butir pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam
PKn misalnya,dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata Negara,
PSPB dsb.
f. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
            Model ini bertolakdari
pendekatan tematis sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam 
hubungan ini tema dapat mengikat kegaiatan  pembelajaran baik dalam mata
pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.
g. Model Galur (Threaded)
            Model Threaded merupakan model
pemaduan bentuk ketrampilan, misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam
matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita,
dsb. Bentuk model  ini terfokus pada meta kurikulum.
h. Model Keterpaduan (Integrated)
            Model integrated merupakan
pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama
dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam
pelajaran matematika,bahasa Indonesia, IPA,  dan IPS agar tidak membuat
muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu,
misalnya IPA
i. Model Celupan (Immersed)
            Model Immersed dirancang untuk
membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan
pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar
pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran.
j. Model Jaringan (Networked)
            Model Networked merupakan
model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi,
bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah siswa
mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.[7]
Karakteristik
Pembelajaran Tematik

            Beberapa karakteristik yang
perlu anda pahami dari pembelajaran tematik, coba perhatikan uraian dibawah
ini:
1. pembelajaran tematik berpusat pada siswa ( student centered ). Hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu
memberika kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitasbelajar.
2. Pembelajaran tematik dapatmemberikan pengalaman langsung kepada siswa
(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada
sesuatu yangnyata (konkrit) sebagai dasar untuk mamahami hal-hal yang lebih
abstrak.
3. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Bahkan dalam pewlaksanaan di keles-kelas awal madrasah ibtidaiyah
(MI), focus pembelajaran diarahkan kepada pambahsan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pembelajaran tematik bersikap luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Dengan demikian, siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya.[8]
3.       Implementasi
Pembelajaran Tematik/Terpadu
                        Dalam
implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai implikasi
yang mencakup:
1.     
Implikasi
bagi guru, Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam
menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi
dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih
bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.
  1. Implikasi bagi siswa: (a)  Siswa
    harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya;
    dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok
    kecil ataupun klasikal, (b) Siswa harus siap mengikuti kegiatan
    pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi
    kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.
  2. Implikasi terhadap sarana, prasarana,
    sumber belajar dan media: (a) Pembelajaran tematik pada hakekatnya
    menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif
    mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik
    dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai
    sarana dan prasarana belajar. (b)  Pembelajaran ini perlu
    memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara
    khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun
    sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by
    utilization
    ). (c) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan
    penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa
    dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.(d) Penerapan pembelajaran
    tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada
    saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk
    menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.
  3. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan.
    Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan
    ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut
    meliputi: ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan,
    susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan
    keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung, peserta didik tidak selalu
    duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet, kegiatan hendaknya
    bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar
    kelas, dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta
    didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar, alat, sarana dan sumber
    belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk
    menggunakan dan menyimpannya kembali.
  4. Implikasi terhadap Pemilihan metode.
    Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran
    yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan
    menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab,
    demonstrasi, bercakap-cakap.[9]
  
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
pembahasan diatas telah diuraikan beberapa pengertian model pembelajaran
tematik secara umum, kemudian tentang karakteristik dari model pembelajaran
tematik, dan yang terakhir adalah uraian tentang kelebihan dan kekurangan dari
model pembelajaran tematik. Dari uraian diatas akhirnya disimpulkan bahwasanya
model pembelajaran tematik ini katakanlah populer, lantaran materi dari tiap
mata pelajaran dapat kita satukan, atau dengan kata lain, dapat dikait-kaitkan.
Dengan begitu, proses penyampaian materi akan lebih mudah diserap karena materi
yang diajarkan berikutnya, seolah sudah diajarkan sebelumnya dalam mata
pelajaran lain yang dikaitkan dengan mata pelajaran berikutnya.
Model
pembelajaran tematik ini juga kiranya lebih relevan diterapkan, sebab model
pembelajaran tematik ini juga dapat membantu membangkitkan minat belajar siswa.
Karena dalam pengemasan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran tematik
ini, mata pelajaran yang disaling kait-kaitkan dikemas dalam bentuk penyampaian
materi yang didalamnya terdapat unsur bermain, sehingga siswa sekolah dasar
akan lebih menyukainya.
DAFTAR
PUSTAKA
file:///D:/kurikulum, 2013/Agin, Blog, Makalah,Model, Pembelajaran,
Tematik.htm
Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah
Dasar
. Jakarta:                            Puskur Balitbang. Hlm. 231
Depdiknas, Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah
Dasar
. Jakarta: 2006                             Puskur Balitbang
Cummings, W. K. dan Williams, J. “InternationalDevelopment
Models for
               Educational
Reform,
Asia
Pacific Journal of Education
, 2005. Halm
file:///D:/kurikulum 2013/ Agin 27 Blog Makalah Model Pembelajaran
tematik.htm
Sudjana. Nana  Teori
Belajar
. Jakarta: 1985  Fakultas Pasca
Sarjana IKIP Jakarta.
Morgan, Clifford T. King. A. Robinson, Richard.
Nancy, M. Introduction to Psychology.                    Tokyo: McGraw Hill International Book
Company. 1960.
Kunandar. Guru Profesional:
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan                               (KTSP)
dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru
. Jakarta: PT Raja Grafindo                             Persada. 2007.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Materi Sosialisasi
Kurikulum 2013 untuk            Asesor
Sertifikasi Guru
, di Rayon 111 Universitas Negeri Yogyakarta, Juli 2013.

[1] file:///D:/kurikulum, 2013/Agin, Blog, Makalah,Model,
Pembelajaran, Tematik.htm
[2] Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar.
Jakarta: Puskur Balitbang. Hlm. 231
[3] Depdiknas, Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal
Sekolah Dasar
. Jakarta: 2006 
Puskur
Balitbang
[4] Cummings, W. K. dan Williams, J. “InternationalDevelopment
Models for
Educational Reform,Asia Pacific Journal of Education, 2005. Halm 125-143
[5] file:///D:/kurikulum 2013/ Agin 27 Blog Makalah Model Pembelajaran
tematik.htm
[6] Nana Sudjana.
Teori Belajar. Jakarta: 1985 
Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta. Halm 125
[7]Morgan,
Clifford T. King. A. Robinson, Richard. Nancy, M. Introduction to Psychology.
Tokyo: McGraw Hill International Book Company. 1960. Halm 247-249
[8]   Kunandar. Guru
Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru
. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2007. Halm 145-147
[9] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Materi Sosialisasi
Kurikulum 2013 untuk
Asesor Sertifikasi Guru, di Rayon 111 Universitas Negeri Yogyakarta, Juli 2013. Halm
231-234
Rate this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *